KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bahana TCW Investment Management mencetak dana kelolaan sebanyak Rp 48,2 triliun sepanjang kinerja tahun 2017. Untuk tahun ini, manajemen optimis dapat membiakkan dana hingga Rp 55 triliun. Presiden Direktur Bahana TCW Edward P. Lubis menyatakan cetak angka di tahun 2017 berkat masuknya investor ke aset surat utang Indonesia yang sebabkan reksadana beraset obligasi menjadi cuan. "Tahun lalu adalah tahun obligasi, ada inflow besar dari asing dan investor domestik, maka reksadana obligasi dan pasar uang jadi kuat," jelas Edward saat ditemui media pada agenda Media Forum, Rabu (17/1). Asal tahu saja, kinerja tahun 2017 ini menempatkan mereka di posisi pencetak AUM tertinggi ketiga untuk perusahaan aset manajemen di Indonesia. Adapun investor insitusional mendominasi klien Bahana sebanyak 83,6% dan investor ritel sebanyak 16,4%. Edward optimis dapat meningkatkan jumlah investor ritelnya hingga 25% tahun 2018. Ke depan, Edward melihat pasar investasi akan bergeser ke arah saham lantaran geliat industri akan semakin kuat seiring pertumbuhan ekonomi. Apalagi tahun ini akan ada tiga agenda besar yang bisa cerahkan pasar investasi Indonesia, yakni momentum pilkada, Asean Games dan pertemuan IMF dan World Bank di Bali. "Event ini akan dapat membawa capital inflow yang besar, terutama ke pasar modal Indonesia," jelas Edward. Atas pertimbangan tersebut, ia menargetkan reksadana saham tahun ini bisa memberikan nilai return 15%-17%, sebelumnya tahun 2017 adalah sebesar 15%. Bahana sendiri memberikan target indikatif Pertumbuhan Domestik Bruto (GDP) Indonesia tahun ini sebesar 5,3% dan tingkat inflasi 3,7%.
Bahana TCW targetkan dana kelolaan tembus Rp 55 triliun di 2018
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bahana TCW Investment Management mencetak dana kelolaan sebanyak Rp 48,2 triliun sepanjang kinerja tahun 2017. Untuk tahun ini, manajemen optimis dapat membiakkan dana hingga Rp 55 triliun. Presiden Direktur Bahana TCW Edward P. Lubis menyatakan cetak angka di tahun 2017 berkat masuknya investor ke aset surat utang Indonesia yang sebabkan reksadana beraset obligasi menjadi cuan. "Tahun lalu adalah tahun obligasi, ada inflow besar dari asing dan investor domestik, maka reksadana obligasi dan pasar uang jadi kuat," jelas Edward saat ditemui media pada agenda Media Forum, Rabu (17/1). Asal tahu saja, kinerja tahun 2017 ini menempatkan mereka di posisi pencetak AUM tertinggi ketiga untuk perusahaan aset manajemen di Indonesia. Adapun investor insitusional mendominasi klien Bahana sebanyak 83,6% dan investor ritel sebanyak 16,4%. Edward optimis dapat meningkatkan jumlah investor ritelnya hingga 25% tahun 2018. Ke depan, Edward melihat pasar investasi akan bergeser ke arah saham lantaran geliat industri akan semakin kuat seiring pertumbuhan ekonomi. Apalagi tahun ini akan ada tiga agenda besar yang bisa cerahkan pasar investasi Indonesia, yakni momentum pilkada, Asean Games dan pertemuan IMF dan World Bank di Bali. "Event ini akan dapat membawa capital inflow yang besar, terutama ke pasar modal Indonesia," jelas Edward. Atas pertimbangan tersebut, ia menargetkan reksadana saham tahun ini bisa memberikan nilai return 15%-17%, sebelumnya tahun 2017 adalah sebesar 15%. Bahana sendiri memberikan target indikatif Pertumbuhan Domestik Bruto (GDP) Indonesia tahun ini sebesar 5,3% dan tingkat inflasi 3,7%.