Bahaya AI Meningkat, Dianggap Memicu Serangan Siber yang Lebih Canggih



KONTAN.CO.ID - Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) tidak hanya memberikan manfaat tetapi juga melahirkan kekhawatiran. Teknologi ini dianggap telah memicu praktik serangan siber dan phising yang lebih canggih.

Bahaya AI telah lama menjadi sorotan dunia karena prospek penggunaannya yang luas. Hadirnya AI dianggap bisa menutup peluang kerja bagi manusia hingga mengancam keamanan digital.

Laporan Singapore Cyber ​​Landscape 2023 yang diterbitkan pada hari Selasa (30/7) menunjukkan penggunaan nyata AI dalam praktik kejahatan.


Teknologi AI generatif kerap digunakan untuk penipuan deepfake, menerobos autentikasi biometrik, dan mendeteksi kerentanan dalam perangkat lunak.

Deepfakes dibuat menggunakan teknik AI untuk mengubah atau memanipulasi konten visual dan audio.

Baca Juga: 10 Perusahaan Terbesar di Dunia Tahun 2024: Sektor Teknologi Mendominasi

"AI digunakan untuk meningkatkan berbagai aspek serangan siber, termasuk rekayasa sosial atau pengintaian," kata Badan Keamanan Siber (CSA) Singapura, dikutip Channel News Asia (CNA).

CSA juga menemukan bahwa beberapa penjahat digital telah menggunakan panggilan telepon, video, dan foto palsu untuk alasan komersial atau politik.

Di Singapura, beberapa anggota parlemen mengaku telah menerima surat pemerasan dengan gambar yang dimanipulasi. Dalam beberapa kasus, wajah para anggota ditempelkan pada foto berbau pornografi.

Baca Juga: Meta Merilis Model AI Terbaru, Begini Respons Elon Musk

Bulan lalu, Menteri Senior Lee Hsien Loong juga memperingatkan masyarakat terkait maraknya video palsu yang menampilkan dirinya sedang berkomentar tentang hubungan internasional dan para pemimpin asing.

CSA dan mitranya menganalisis sampel email phishing yang diamati pada tahun 2023. Hasilnya, sekitar 13% kasus berisi konten buatan AI.

AI sengaja digunakan oleh pelaku penyebar pesan penipuan atau phising karena sanggup menghasilkan tata bahasa lebih baik dan memiliki struktur kalimat yang lebih baik, sehingga lebih dipercaya oleh korban.

"Penggunaan AI generatif telah membawa dimensi baru terhadap ancaman dunia maya. Ketika AI menjadi lebih mudah diakses dan canggih, para pelaku ancaman juga akan menjadi lebih baik dalam mengeksploitasinya," kata David Koh, komisaris keamanan siber dan kepala eksekutif CSA.