KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain membahayakan lingkungan, ternyata BBM dengan RON rendah menyebabkan kualitas udara menjadi jauh menurun, tentu akan berpengaruh kepada ekosistem global. "Tak hanya kendaraan, tetapi juga kepada pengaruh udara yang sangat berbahaya dan tentunya bagi dampak lingkungannya," ungkap Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawanda dalam keterangannya, Selasa (8/12). Karena itu, lanjut dia, masyarakat memang perlu dibiasakan untuk menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan. Bila nanti sudah terbiasa memakai BBM dengan oktan yang lebih tinggi, lanjut Mamit, konsumen bisa merasakan sendiri manfaat bahan bakar ramah lingkungan tersebut.
"Karena penggunaan BBM yang lebih ramah lingkungan juga menguntungkan pemilik kendaraan," ungkap dia.
Baca Juga: Pertamina pastikan pasokan di Jabar dan Banten aman saat libur Natal Tahun Baru Upaya pemerintah melalui komitmen Paris Agreement dan sesuai peraturan pemerintah nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara harus segera dilaksanakan. Program Langit Biru perlu dioptimalkan. Mamit mendorong Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) segera merevisi aturan mengenai pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium, terutama di Jawa Madura Bali (Jamali). Karena, kata Mamit, aturan kewajiban pendistribusian Premium bertolak belakang dengan Paris Agreement. "Untuk itu tak ada jalan lain, Kementerian ESDM harus segera merevisi aturan tersebut, sehingga tak ada lagi kewajiban pendistribusian Premium dan ini bisa diawali di Jamali," ujar Mamit. "Program yang sekarang tengah berjalan sudah bagus, hanya saja pemerintah harus mengurangi konsumsi BBM RON rendah," beber dia. Karena bagaimanapun, kata pengamat otomotif Anton Fiat, penggunaan BBM dengan RON rendah berdampak kepada kesehatan. "Tentu itu akan berdampak kepada lingkungan, terutama udara yang dihirup, akan mengganggu kesehatan masyarakat," ungkap Anton. Jalan terbaik, kata Anton, dengan komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat, untuk beralih kepada BBM RON tinggi yang lebih ramah lingkungan. Karena, kata dia, ketidakadilan sosiologis baru dirasakan jangka panjang, sedangkan pihak yang sangat terdampak adalah masyarakat. "Masyarakat yang menerima beban," kata dia. BBM RON rendah, lanjutnya, memiliki dampak negatif paling dirasakan adalah buruknya kualitas udara, yang berdampak pula terhadap kesehatan masyarakat. Jika berlanjut, dampak buruk tersebut akan terakumulasi. BBM RON rendah juga berkontribusi terhadap emisi Gas Rumah Kaca.
Baca Juga: Pertamina yakin bisa kantongi laba US$ 800 juta di tahun 2020, ini alasannya "Semua pihak harus berkontribusi, antara lain dengan meninggalkan BBM RON rendah," beber dia.
Terkait dengan berbagai kondisi itulah, lanjutnya, peningkatan kualitas BBM menjadi kebutuhan mendesak dan krusial. Penggunaan BBM dengan angka oktan tinggi akan memastikan lingkungan yang lebih sehat, termasuk udara yang lebih bersih. "Dan kalau udara sudah sehat, tentu manusianya juga menjadi lebih produktif," ucap dia. Oleh karena persoalan kualitas BBM sudah menjadi tanggung jawab bersama, menurut dia, sangat penting komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto