Bahlil Dampingi Prabowo ke China, Bahas Hilirisasi Batubara



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia akan turut serta dalam kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke China pada Jumat (8/11). 

Bahlil mengungkapkan, ada sejumlah isu penting di bidang energi yang akan dibahas dalam lawatan ke Negeri Tirai Bambu tersebut. 

"Ada beberapa investasi ya. Salah satu di antara yang akan saya bicarakan itu (hilirisasi batubara) dengan beberapa perusahaan China, (kemudian) terkait dengan Petrochina dan beberapa pembicaraan tentang energi baru terbarukan serta Carbon Capture & Storage (CCS)," kata Bahlil di Kementerian ESDM pada Kamis (7/11). 


Sebelumnya, Bahlil menegaskan, hilirisasi batubara tetap menjadi kewajiban khususnya bagi perusahaan-perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) eks Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B). 

Baca Juga: Kunjungan Kenegaraan ke 5 Negara, Prabowo Mulai Kunjungan ke China

Adapun, kegiatan hilirisasi batubara oleh pelaku usaha tidak terbatas pada konversi batubara menjadi Dimethyl Ether (DME). 

"Itu salah satu program ke depan yang akan kita dorong sebagai bentuk hilirisasi dari pada batubara. Itu diupayakan terus. Kalau hilirisasi wajib. Wajib hilirisasi, tapi tidak mesti DME," tegas Bahlil. 

Di sisi lain, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) kini tengah memulai pilot proyek konversi batubara menjadi Artificial Graphite dan Anode Sheet untuk bahan baku baterai Lithium-ion (Li-ion).

Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Niko Chandra mengatakan, PTBA bersama Badan Riset & Inovasi Nasional (BRIN) telah melakukan kajian tahap awal untuk peningkatan nilai tambah batubara.

"Berdasarkan kajian tersebut, proyek ini dapat memenuhi kelayakan dan potensi pasar. Karena itu, kami melakukan peluncuran perdana (soft launching) pilot project di Kawasan Industri Tanjung Enim pada 15 Juli 2024," ujar Niko kepada Kontan, Kamis (7/11).

Niko menjelaskan, PTBA berkomitmen mendukung hilirisasi batubara dan menjaga ketahanan energi nasional serta mendukung kemajuan industri kendaraan listrik di dalam negeri.

Dia menambahkan, estimasi investasi untuk proyek ini masih dalam tahap kajian. Yang terang, persiapan pilot proyek diperkirakan membutuhkan waktu 2 tahun sampai 2026.

"Pengembangan Artificial Graphite dan Anode Sheet ini masuk ke dalam rencana jangka panjang perusahaan," jelas Niko.

Sementara itu, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih menanti kepastian mitra untuk proyek hilirisasi dua anak usahanya.

Asal tahu saja, BUMI melalui PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia berencana menggarap proyek hilirisasi batubara.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengatakan, proyek hilirisasi masih menghadapi beberapa tantangan.

"Perlu diberikan insentif untuk memungkinkan penyelesaian mitra dan membangun daya tarik mereka," ungkap Dileep kepada Kontan, Kamis (7/11).

Dileep memastikan, jika telah mendapatkan kepastian soal mitra maka pihaknya akan mengumumkan lebih detail mengenai proyek hilirisasi yang akan digarap.

Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Targetkan Pilot Project Hilirisasi Batubara dalam Dua Tahun

Dileep menegaskan, pihaknya memiliki sejumlah opsi meski demikian, BUMI tetap mendorong peningkatan daya tarik proyek untuk dapat menjaring mitra-mitra yang potensial.

Di sisi lain, tantangan yang masih menghambat pengembangan proyek hilirisasi yakni dari sisi keekonomian.

"Ya keekonomian masih jadi tantangan," jelas Dileep.

Dalam pemberitaan Kontan, sebelumnya direncanakan dalam proyek hilirisasi batubara ini, KPC akan memasok kebutuhan batubara untuk proyek gasifikasi di Bengalon sekitar 5 juta ton-6,5 juta ton per tahun dengan kualitas GAR 4.200 kcal per kg. Ketika beroperasi, pabrik tersebut dapat menghasilkan 1,8 juta ton per tahun metanol.

Sementara itu, PT Arutmin Indonesia semula merencanakan hilirisasi berupa proyek proyek coal to methanol dengan kapasitas produksi 2,95 juta ton per tahun. Belakangan, Arutmin dikabarkan mengubah proyek hilirisasi ini menjadi coal to ammonia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari