Bahlil Sebut Mandatori B50 Mulai Diterapkan pada 2026



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkap mandatori biodiesel B50 atau bahan bakar untuk mesin diesel yang diolah dari campuran 50% solar dan 50% biodiesel dari minyak sawit akan diterapkan pada tahun 2026. 

Dengan keputusan ini, artinya Bahlil menargetkan B50 hanya berjarak kurang lebih satu tahun dari penerapan B40 yang akan resmi diberlakukan pada 1 Januari 2025 mendatang. 

"Di tahun 2026 kita bisa masuk ke B50. Di 1 Januari 2025 kita sudah B40. Jadi kalau B50 langsung kita lakukan di 2026, insyaallah tidak ada lagi kita melakukan impor solar," ungkap Bahlil dalam paparannya saat rapat kerja bersama Komisi XII DPR RI, Senin (02/12).


Baca Juga: Bahlil Ungkap Rencana Pembangunan Pabrik Metanol Senilai US$ 1,2 Miliar Tahun 2025

Ia mengatakan, dikebutnya penerapan B50 salah satunya adalah guna mengurangi impor ke dalam negeri. Hal ini juga sejalan dengan target meningkatkan lifting minyak dan gas bumi (migas). 

Sebelumnya Bahlil menyebut lifting migas dalam negeri yang hanya berkisar 600.000 barrel per hari, sehingga sisanya 1 juta barrel per hari dipenuhi dari impor.

"Memang kita impor sekarang banyak sekali pak, dan lifting kita akan kita pacu untuk kita tingkatkan agar impor kita bisa kurangi," tambahnya. 

Tak hanya itu, penerapan B50 yang dipercepat ini juga terlihat dari langkah pemerintah untuk membangun pabrik metanol senilai US$1 miliar-US$1,2 miliar atau setara dengan Rp 19,08 triliun di Bojonegoro, Jawa Timur. 

Untuk diketahui metanol adalah salah satu bahan penting yang digunakan dalam proses transesterifikasi pembuatan Fatty Acids Methyl Esters (FAME) yang merupakan bahan baku biodiesel. 

Dengan adanya pabrik metanol maka bahan baku untuk mandatori biodiesel diharapkan tidak bergantung lagi pada impor. Adapun kapasitas Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah yang merupakan bahan baku utama dalam biodiesel sudah bisa dipenuhi dalam negeri. 

Sebagai tambahan, dalam catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) kebutuhan CPO untuk B50 diperkirakan mencapai 24 juta kilo liter (kL). 

Baca Juga: B40 Diterapkan Januari 2025, Menteri Airlangga Sebut Pangkas 40 Juta Ton Emisi CO2

Sebelumnya, target ambisius B50 ini sudah diungkap oleh Presiden Prabowo Subianto. Bahkan awalnya, Prabowo menargetkan B50 dapat terlaksana akhir tahun 2024. 

"Kita sebentar lagi tak perlu impor solar lagi, solar kita akan datang dari yang namanya kelapa sawit, namanya biodiesel. Sekarang kan B35, kita akan percepat jadi B40, B50 minimal. Dengan capai B50, biodiesel 50% dari kelapa sawit, begitu capai itu insyaallah akhir tahun ini atau awal tahun depan, kita akan hemat US$ 20 miliar," ujar Prabowo saat memberikan sambutan dalam Penutupan Kongres PAN 2024, Kamis (05/09).

Prabowo menambahkan, penerapan mandatori B50 ini dapat mengurangi ketergantungan impor minyak untuk membuat solar, dan Indonesia bisa hemat US$ 20 miliar atau sekitar Rp 309,7 triliun untuk impor minyak.

Selanjutnya: Tekanan Nilai Tukar Rupiah Diperkirakan Berlanjut

Menarik Dibaca: Sheraton Bali Kuta Resort Hadirkan &More by Sheraton, Padukan View Kuta & Kuliner

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .