KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkap pihaknya menargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama Indonesia dapat beroperasi pada tahun 2032 mendatang. "Kita targetkan di 2032 nuklir sudah jalan, karena ini salah satu cara menurunkan cost listrik dan sekaligus menuju Energi Baru Terbarukan (EBT)," ungkap Bahlil dalam paparannya saat rapat kerja bersama Komisi XII DPR RI, Senin (02/12). Adapun terkait kapasitas PLTN pertama Indonesia ini, Bahlil bilang kapasitas awal tidak akan terlalu besar, hanya kisaran 250-300 megawatt (MW) saja. Baca Juga: Indonesia Melirik Nuklir untuk Energi Masa Depan "Menyangkut dengan nuklir ini adalah salah satu terobosan yang harus kita lakukan dan di Dewan Energi Nasional (DEN) sudah membicarakan. Mungkin tahap awal tidak dalam skala besar, 250-500 mega, kedepannya kita akan buat lebih bagus," tambahnya. Dalam kesempatan yang sama, Dewan Energi Nasional (DEN) mengungkap penyiapan nuklir akan diarahkan untuk penguasaan teknologi nuklir terutama untuk modul-modul reaktor generasi ke 4 atau generasi ke 5 dengan tingkat keamanan yang tinggi. Wacana penggunaan nuklir sebelumnya telah tercetus pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Conference of the Parties (COP) ke-29, di Baku, Azerbaijan. Dimana pemerintah Indonesia menargetkan akan menambah kapasitas pembangkit listrik sebesar 100 GW. Dengan komposisi sebanyak 75% atau 75 GW berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT), salah satunya melalui nuklir. Baca Juga: ESDM Siapkan Energi Nuklir untuk Sokong Target Listrik 100 GW dari EBT Dalam catatan Kontan, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi, pada tahap awal pemerintah akan membuat organisasi Pelaksana Program Energi Nuklir dalam negeri atau Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO). "Nah, yang perlu kita siapkan itu adalah proses pembentukan organisasi, NEPIO-nya dulu. Ini saya akan kebut, mudah-mudahan segera diputuskan oleh Pak Menteri konsepnya, karena Pak Menteri minta yang simple," jelasnya, Selasa (19/11). Adapun, Eniya menargetkan pembentukan NEPIO bisa selesai pada akhir tahun 2024 ini.
Bahlil Targetkan PLTN Pertama Indonesia Beroperasi 2032
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkap pihaknya menargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama Indonesia dapat beroperasi pada tahun 2032 mendatang. "Kita targetkan di 2032 nuklir sudah jalan, karena ini salah satu cara menurunkan cost listrik dan sekaligus menuju Energi Baru Terbarukan (EBT)," ungkap Bahlil dalam paparannya saat rapat kerja bersama Komisi XII DPR RI, Senin (02/12). Adapun terkait kapasitas PLTN pertama Indonesia ini, Bahlil bilang kapasitas awal tidak akan terlalu besar, hanya kisaran 250-300 megawatt (MW) saja. Baca Juga: Indonesia Melirik Nuklir untuk Energi Masa Depan "Menyangkut dengan nuklir ini adalah salah satu terobosan yang harus kita lakukan dan di Dewan Energi Nasional (DEN) sudah membicarakan. Mungkin tahap awal tidak dalam skala besar, 250-500 mega, kedepannya kita akan buat lebih bagus," tambahnya. Dalam kesempatan yang sama, Dewan Energi Nasional (DEN) mengungkap penyiapan nuklir akan diarahkan untuk penguasaan teknologi nuklir terutama untuk modul-modul reaktor generasi ke 4 atau generasi ke 5 dengan tingkat keamanan yang tinggi. Wacana penggunaan nuklir sebelumnya telah tercetus pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Conference of the Parties (COP) ke-29, di Baku, Azerbaijan. Dimana pemerintah Indonesia menargetkan akan menambah kapasitas pembangkit listrik sebesar 100 GW. Dengan komposisi sebanyak 75% atau 75 GW berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT), salah satunya melalui nuklir. Baca Juga: ESDM Siapkan Energi Nuklir untuk Sokong Target Listrik 100 GW dari EBT Dalam catatan Kontan, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi, pada tahap awal pemerintah akan membuat organisasi Pelaksana Program Energi Nuklir dalam negeri atau Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO). "Nah, yang perlu kita siapkan itu adalah proses pembentukan organisasi, NEPIO-nya dulu. Ini saya akan kebut, mudah-mudahan segera diputuskan oleh Pak Menteri konsepnya, karena Pak Menteri minta yang simple," jelasnya, Selasa (19/11). Adapun, Eniya menargetkan pembentukan NEPIO bisa selesai pada akhir tahun 2024 ini.