Baht Thailand Jadi Mata Uang Terkuat Asia 2025, Ringgit Malaysia Ikuti Tren



KONTAN.CO.ID - Nilai tukar mata uang Asia Tenggara menguat signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah pada Selasa (23/12/2025).

Baht Thailand dan ringgit Malaysia bahkan menyentuh level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, sementara pasar saham Singapura mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Melansir Reuters, Baht Thailand sempat menembus level 31,10 per dolar AS dan menguat hingga 31,055 per dolar AS, posisi terkuat sejak awal Juni 2021.


Baca Juga: Yuan China Tembus Level Tertinggi 15 Bulan, Abaikan Sinyal Pengetatan PBOC

Sepanjang tahun ini, baht telah menguat lebih dari 10%, menjadikannya mata uang dengan kinerja terbaik di kawasan Asia.

Penguatan baht ini didorong oleh lonjakan harga emas global yang juga mencetak rekor baru.

Namun, penguatan mata uang tersebut dinilai berpotensi menjadi tantangan bagi perekonomian Thailand karena dapat menekan pendapatan ekspor dan sektor pariwisata.

“Sepanjang tahun ini terlihat korelasi yang cukup tinggi antara baht Thailand dan harga emas, di mana pergerakannya searah dan dengan besaran yang relatif serupa,” ujar Ratasak Piriyanont, Senior Vice President Investment Strategy Kasikorn Securities, Bangkok.

Harga emas global telah melonjak sekitar 70% sepanjang tahun ini, ditopang oleh pelemahan dolar AS dan pemangkasan suku bunga di Amerika Serikat.

Baca Juga: Emas dan Perak Jadi Aset Paling Bersinar di 2025, Cetak Kenaikan Terbesar Sejak 1979

Sementara itu, ringgit Malaysia mata uang Asia dengan kinerja terbaik kedua tahun ini juga menguat mendekati 10% secara tahunan.

Pada perdagangan Selasa, ringgit menyentuh level tertinggi sejak awal Maret 2021.

Analis MUFG memproyeksikan penguatan ringgit masih berlanjut pada 2026, didukung reformasi fiskal dan kuatnya permintaan domestik.

Di kawasan lain, dolar Singapura menguat tipis 0,1% dan berada di level tertinggi sejak 2 Oktober. Peso Filipina dan rupiah Indonesia bergerak relatif datar.

Dari sisi pasar saham, indeks utama Singapura mencetak rekor tertinggi baru di level 4.625,48.

Baca Juga: AS Perketat Aturan Drone: DJI Masuk Daftar Risiko Keamanan Nasional

Kenaikan ini ditopang oleh saham sektor perbankan, di mana DBS Group dan OCBC Bank mencatatkan harga tertinggi sepanjang masa dan menjadi pendorong utama penguatan indeks.

Sepanjang tahun ini, indeks FTSE Straits Times Singapura telah naik sekitar 22% dan berpeluang membukukan kenaikan tahunan untuk dua tahun berturut-turut.

Selain perbankan, saham perusahaan pertahanan ST Engineering juga mencatat lonjakan hampir 80% sepanjang tahun.

Di pasar Asia lainnya, indeks saham Korea Selatan dan Taiwan masing-masing menguat sekitar 0,3%, sementara bursa saham Thailand naik 0,5%.

Baca Juga: Bonus Medali SEA Games 33 Dipangkas, Atlet Thailand Kecewa Berat

Dengan suasana libur akhir tahun yang mulai terasa, pelaku pasar cenderung menahan transaksi besar sambil menanti rilis data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (GDP) yang dijadwalkan rilis pada hari ini.

Indeks dolar AS sendiri tercatat telah melemah sekitar 9,5% sepanjang tahun ini, berpotensi menjadi penurunan tahunan terdalam sejak 2017.

Selanjutnya: Duit Mengendap di Kartu Uang Eletronik dan Dompet Digital Tembus Rp 15,8 Triliun

Menarik Dibaca: Rekomendasi 6 Drakor Tentang Nikah Kontrak Lucu dan Manis