BANGKOK. Nilai mata uang Thailand, baht, anjlok ke level terendah dalam satu tahun belakangan. Penurunan tersebut terjadi sehari sebelum parlemen menggelar pertemuan untuk memilih perdana menteri (PM) baru. Pertemuan tersebut dilakukan menyusul mundurnya Samak Sundaravej sebagai PM karena diputuskan bersalah oleh pihak pengadilan akibat menerima bayaran pada acara memasak di salah satu televisi swasta Thailand. “Adanya ketidakpastian politik membuat posisi baht kian tertekan. Sepertinya, untuk beberapa waktu, nilai baht terus mengalami penurunan,” jelas Patrick Bennett, pengamat mata uang asing dari Societe Generale SA Hongkong.Pada pukul 09.00 pagi waktu Bangkok, nilai baht turun 0,3% menjadi 34,69 baht per dolar. Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, kemarin baht bertengger pada posisi 34,61 baht per dolar.
Kondisi tersebut menjadikan Baht sebagai mata uang kedua terburuk tahun ini dari 10 mata uang teraktif Asia di luar jepang. Sejak awal tahun, nilai baht sudah anjlok 14,7% terhadap dolar. Investor asing bahkan telah menarik dananya dari saham-saham Thailand sejak awal 2008. Jumlah dana mencapai US$ 3,5 miliar. Bennet memprediksi, nilai baht hingga akhir tahun akan menyentuh level 35. Namun, pada akhir kuartal I 2009, posisi baht akan bertengger di posisi 35,5 baht per dolar. Menteri Keuangan Surapong Suebwonglee, kemarin, bilang bahwa pertumbuhan perekonomian tahun ini tidak akan mencapai target sebesar 6%. Sementara, pada 29 Agustus lalu, Bank Sentral Thailand mengatakan adanya ketidakstabilan politik membuat tingkat inflasi di Negeri Gajah itu semakin menggila yang merupakan ancaman utama perekonomian. Lembaga pemeringkat Fitch Ratings kemarin mengatakan, sovereign rating Thailand bisa jadi turun seiring perekonomian di negara itu mengalami perlambatan akibat kondisi politik.