KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Menteri perdagangan Thailand Pichai Naripthaphan mengungkapkan, Baht Thailand terlalu kuat dan berdampak pada ekspor, yang diperkirakan hanya akan mencatat pertumbuhan kecil tahun ini. Karenanya, bank sentral harus mengambil tindakan terhadap mata uang tersebut. Mengutip
Reuters, Senin (16/9), Pichai Naripthaphan menambahkan, Bank of Thailand (BOT) juga harus memangkas suku bunga untuk meningkatkan likuiditas. Pada Senin, baht diperdagangkan pada level terkuatnya dalam lebih dari 18 bulan terhadap dolar AS.
Baca Juga: Jumlah Korban Tewas Akibat Banjir di Myanmar Meningkat Menjadi 113 Kementerian bulan lalu mempertahankan target pertumbuhan ekspornya tahun ini yakni sekitar 1% hingga 2%. Untuk periode Januari-Juli, ekspor naik 3,8% dari periode yang sama pada tahun 2023. Pada bulan Agustus, bank sentral mempertahankan suku bunga acuan pada 2,50% untuk pertemuan kelima berturut-turut, dengan mengatakan pengaturan kebijakan berada pada level netral karena menolak seruan pemerintah untuk penurunan suku bunga. Tinjauan suku bunga berikutnya akan dilakukan pada 16 Oktober. Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra pada awal tahun ini mengatakan bahwa independensi bank sentral merupakan hambatan untuk memecahkan masalah ekonomi. Pemerintah, yang dipimpin oleh partai populis Pheu Thai, telah berulang kali menyerukan penurunan suku bunga agar selaras dengan stimulus fiskal yang direncanakan karena berupaya untuk memulai kembali ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara tersebut. Pemerintah akan meluncurkan tahap pertama dari program "dompet digital" khasnya akhir bulan ini ketika mendistribusikan 145 miliar baht ($4,4 miliar) kepada kelompok rentan.
Baca Juga: Harga Beras Thailand Turun Pasca Lelang Indonesia, Terendah Sejak Juli 2023 Stimulus senilai 450 miliar baht tersebut bertujuan untuk memberikan masing-masing 10.000 baht kepada 50 juta warga Thailand untuk dibelanjakan di komunitas lokal mereka.
Skema tersebut telah dikritik oleh para ekonom, termasuk dua mantan gubernur bank sentral, sebagai kebijakan yang tidak bertanggung jawab secara fiskal. Pemerintah menolaknya, tetapi telah berjuang untuk menemukan sumber pendanaan. Pemerintah menegaskan bahwa kebijakan tersebut diperlukan untuk memberi energi pada ekonomi, yang diharapkan oleh bank sentral hanya tumbuh 2,6% tahun ini, naik dari 1,9% pada tahun 2023 dan jauh tertinggal dari sebagian besar negara tetangga. Namun, pertumbuhan di bawah potensi, karena masalah struktural, kata Gubernur bank sentral Sethaput Suthiwartnarueput. ($1 = 33.1600 baht)
Editor: Herlina Kartika Dewi