Bailout Otomotif AS Mulai Menemui Titik Terang



WASHINGTON. Nasib produsen otomotif raksasa Amerika Serikat (AS) mulai menemui titik terang. Pemerintahan Bush dan Kongres Demokrat telah mencapai kata sepakat mengenai rencana penggelontoran dana pinjaman terhadap General Motor Corp dan Chrysler LLC. Menurut salah seorang sumber yang terlibat dalam negosiasi kedua pihak, hal itu ditujukan agar kedua produsen otomotif mampu terus bertahan dan beroperasi seperti biasa.

Meski demikian, kesepakatan tersebut akan melindungi perlindungan spesifik bagi uang pembayar pajak. Selain itu, kesepakatan tadi juga mengatur penunjukan sebuah tim yang disebut dengan car czar. Car czar merupakan suatu badan yang dapat memutuskan bangkrut tidaknya suatu perusahaan hingga masuk ke dalam Chapter 11 karena perusahaan yang bersangkutan tidak dapat merealisasikan rencana kerja mereka pada tenggat waktu yang ditentukan, dalam hal ini 31 Maret 2009.

Car czar memiliki tenggang waktu hingga tanggal tersebut untuk melakukan negosiasi dengan pihak perusahaan dan pemegang saham, sehingga dapat menghasilkan sebuah rencana kerja jangka panjang yang konkret seperti yang sudah ditetapkan. Tim czar, yang nantinya akan ditunjuk oleh Presiden W Bush, bertugas untuk menagih kembali pinjaman, jika para produsen otomotif tidak berhasil menelurkan proposal kerja hingga batas waktu yang ditentukan.


Dalam penunjukan tim itu, Pemerintahan Bush akan melakukan konsultasi dengan perwakilan tim Barack Obama.

Sumber yang tidak mau disebutkan namanya itu juga mengatakan, saat ini negosiasi masih terus berlangsung. Hanya saja, masih ada beberapa anggota kongres dari Partai Republik masih tetap menolak untuk memberikan bantuan tersebut.

Sementara itu, dua anggota Kongres Demokrat, House Financial Services Committee Chairman Barney Frank dan Senate Banking Committee Chairman Chistopher Dood, mengatakan bahwa mereka memprediksi adanya ketidaksepahaman mengenai bailout akan dapat diselesaikan dengan baik.

GM dan Chrysler bilang, mereka membutuhkan dana setidaknya US$ 14 miliar agar terus dapat melakukan operasional hingga awal tahun depan.

Editor: Didi Rhoseno Ardi