KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Morgan Stanley Capital International (MSCI) akan melakukan pergantian komposisi alias
rebalancing portofolio indeksnya di Indonesia pada November 2024. Rencananya, hasil perubahan indeks bakal diumumkan pada 7 November 2024. Sejumlah saham digadang-gadang berpotensi masuk indeks global ini. CGS International Sekuritas Indonesia memproyeksikan ada beberapa saham yang berpotensi keluar dari indeks MSCI Indonesia. CGS International Sekuritas menilai PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (
INKP) berpotensi keluar dari MSCI Standard Cap. INKP masih di atas batas kuartal terakhir sebesar Rp 8.230, tetapi saat ini berada di batas bawah.
Baca Juga: Menakar Prospek Saham Barito Renewables (BREN) Masuk MSCI, Simak Rekomendasinya Kemudian ada empat saham yang berpotensi masuk dalam kategori MSCI Small Cap. Mereka adalah PT Avia Avian Tbk (
AVIA), PT Dharma Satya Nusantara Tbk (
DSNG), PT Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (
LSIP) dan PT Timah Tbk (
TINS). CGS International Sekuritas juga memproyeksikan ada beberapa saham yang punya peluang rendah untuk masuk dalam kategori
small cap ini, yaitu PT Siloam Hospital Tbk (
SILO) dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (
ENRG). Nama PT Surya Semesta Internusa Tbk (
SSIA), PT Energi Mega Persada Tbk (
ENRG) dan PT Sumber Global Energy Tbk (
SGER) juga masuk dalam daftar saham yang memiliki peluang kecil untuk masuk ke MSCI Small Cap. Salah satu saham emiten Grup Bakrie, PT Bumi Resources Minerals Tbk (
BRMS) juga digadang-gadang bakal masuk dalam
rebalancing kali ini. Bahkan, katalis ini sudah tercermin dari pergerakan harga BRMS belakangan ini. Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer mengatakan dengan kapitalisasi pasar BRMS mencapai Rp 56,7 triliun dan
free float 49%, BRMS sudah tergolong memenuhi syarat untuk masuk indeks MSCI. Oleh karena itu, potensi
BRMS untuk masuk ke dalam indeks MSCI masih cukup memungkinkan pada periode ini. Miftha menilai, keuntungan masuk ialah likuiditas perdagangan akan menjadi lebih besar dan menarik lebih banyak investor. Miftha mencermati, potensi masuknya BRMS ke indeks global ini sudah tergambarkan pada pergerakan harga saham BRMS yang mengalami kenaikan impulsif beberapa periode terakhir.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Barito Renewables (BREN) di Tengah Koreksi Harga "Untuk saat ini kami kira BRMS masih menjadi salah satu kandidat yang cukup kuat untuk periode
rebalancing indeks MSCI," ucap dia kepada Kontan, Selasa (5/11). Setali tiga uang, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga menilai BRMS memiliki potensi untuk masuk ke indeks MSCI. Selain likuiditas, fundamental BRMS juga cukup baik. Per Juni 2024,
BRMS meraup pendapatan US$ 61,26 juta atau melonjak 25,85% secara tahunan. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
BRMS mengembang 62,07% secara tahunan menjadi US$ 8,95 juta. "Dari sisi analisis teknikal
BRMS sedang uptrend karena terjadi akumulasi terus menerus oleh investor. Ini bisa jadi indikasi bahwa
BRMS berpotensi masuk MSCI dari sisi free float dan likuiditas," katanya Nafan.
Lebih lanjut, Nafan merekomendasikan
accumulative buy BRMS dengan harga jangka panjang berada di Rp 1.025. Hingga akhir perdagangan Selasa (5/11), BRMS parkir di level Rp 412 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi