JAKARTA. PT Express Trasindo Utama Tbk (TAXI) tampaknya akan segera berganti bos. Pasalnya perusahan investasi milik konglomerat Sandiaga Uno PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) berencana mengambil alih 51% saham TAXI dari grup Rajawali Corpora. Direktur Saratoga Andi Esfandiari dalam keterangan resminya mengatakan Saratoga dan rajawali corpora telah menandatangani kesepakatan akusisi 51% saham TAXI. Saat ini keduanya masih dalam proses negosiasi harga dan syarat pengambilalihan seluruh kepemilikan Rajawali. Sejumlah analis memandang rencana aksi akuisisi tersebut akan memberi cahaya terang dalam perjalan bisnis TAXI. Sebab Saratoga memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan Rajawali Group sehingga mempermudah TAXI dalam melakukan ekpansi penambahan armada. Analis BNI securities, Thennesia Debora melihat akuisis yang akan dilakukan Saratoga secara umum akan membawa dampak positif terhadap TAXI. Dengan kinerja keuangan Saratoga yang lebih solid dibanding Rajawali maka TAXI akan lebih mudah melakukan ekspansi penambahan armada tahun ini. Tahun ini TAXI menargetkan penambahan armada baru ssebanyak 500 unit. Adapun capex yang dianggarkan perseroan Rp 400 miliar-Rp 500 miliar yang mengandalkan sisa penerbitan obligasi tahun lalu dan pinjaman bank. “ Dengan bergabung dengan Saratoga, TAXI tidak akan kesulitan dalam menggarkan capex dan perkiraan kami tahun ini jumlah armda perseroan akan meningkat menjadi 12.637 unit,” ungkap Thennesia pada KONTAN, Rabu (29/4). Agustinus Reza Kirana, analis Bahana securitas memandang prospek TAXI akan bagus jika diakusisi oleh Saratoga. Pasalnya, Saratoga memiliki anak usaha yang bergerak di bidang otomotif PT Mitra Pinastikha Tbk (MPMX). Keduanya bisa menjalin hubungan simbiosis mutualisme. MPMX bisa mengandalkan penjualan terhadap TAXI di tengah perlambatan penjualan kendaaraan bermotor, sedangkan TAXI akan akan terbantu dalam pengadaan armada baru. Kendati membawa prospek cerah bagi TAXI, namun akusisi tersebut juga tak lepas dari sentimen negatif. Saratoga pernah pernah mengakuisisi perusahaan transportasi yakni Merpati, namun bisnis perusahaan tersebut tidak berjalan mulus. Thennesia bilang, pelaku pasar masih ragu apakah nantinya TAXI akan bernasib sama dengan Merpati. Sementara Agustinus dan Kevin Rusli, analis Indopremier Securities melihat sisi negatifnya terletak pada harga akuisisi. Harga yang disebut-sebut dikisaran Rp 1200- Rp 1300 menurut Agustinus terlalu mahal jika dibandingkan dengan kondisi fundamental TAXI. Agustinus bilang, tahun lalu kinerja keuangan TAXI tergerus akibat ekpansi pengadaan 150 armada bus, 300 taksi premium dan 500 midlle taksi tahun lalu yang pengoperasioan full dari perseroan, tidak seperti operasioan taksi regular. Ini membuat beban perseroan membengkak dan beban untuk gaji pegawai juga mengalami kenaikan signifikan menjadi Rp 18 miliar. “Sementara pengadaan taxi dilakukan berkala mulai April-Desember sehingga belum mendatangkan propit yang signifikan,” terangnya. Tahun ini Agustinus memperkirakan laba bersih perseroan akan turun 30% lantaran beban perseroan yang besar untuk operasioan armada baru yang menggunakan system full operated dan ditambah dengan beban Obligasi yang diterbitkan Juni tahun 2014 sebesar Rp 1 triliun dengan bungan 12,25% per tahun. “Namun pendapatan usaha TAXI akan naik 10% menjadi Rp 975 miliar dengan bertambahnya armada baru perseroan tahun lalu” kata dia. Sedangkan Thennesia memandang prospek bisnis TAXI masih cerah meskipun harga BBM yang berfluktuasi. Pasalnya, beban bahan bakar untuk taksi regular sudah ditanggung oleh driver. Selain itu TAXI juga memiliki kelebihan lain dari competitor utamanya yakni menerapkan system partnership yang menguntungkan bagi driver. “Ini membuat supir taksi lain akhirnya banyak yang pindah ke TAXI,” ungkap Thennesia. Dalam system partnership, armada taksi akan menjadi milik sopir jika masa kontrak selesai atau bisa menjualnya armada tersebut ke pihak ketiga. Tahun sebelumnya, deposit TAXI regular sebesar Rp 7,5 juta dan setoran per harinya Rp 240.000 serta Rp 40.000 biaya perawatan. Tahun ini, perseroan menaikkan tarif setoran menjaid Rp 285.000. Dengan inovasi-inovasi pelayanan yang terus diperbaiki TAXI, Thennesia menargetkan pendapatan TAXI masih akan tumbuh menjadi Rp 967,5 miliar dan laba bersih naik menjadi Rp 147,5 miliar. Dia merekomendasikan buy untuk saham TAXI dengan target harga Rp 1.375. Adapun Agustinus memasang target harga TAXI hingga akhir tahun sebesar Rp 820. Sedangkan Kevin menurunkan target harga TAXI dari Rp 1.700 menjadi Rp 1.300 karena langkah competitor perseroan yakni Bluebird yang menurunkan tarif ditingkat yang sama dengan TAXI. Kevin memperkirakan laba TAXI akan turun 20-30% tahun ini akibat rencana perseroan untuk ekspasi armada baru sekiat 500 unit ditambah dengan bunga obligasi tahun lalu membuat beban yang akan ditanggung perseroan cukup besar tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bakal diakuisisi Saratoga, inilah prospek TAXI
JAKARTA. PT Express Trasindo Utama Tbk (TAXI) tampaknya akan segera berganti bos. Pasalnya perusahan investasi milik konglomerat Sandiaga Uno PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) berencana mengambil alih 51% saham TAXI dari grup Rajawali Corpora. Direktur Saratoga Andi Esfandiari dalam keterangan resminya mengatakan Saratoga dan rajawali corpora telah menandatangani kesepakatan akusisi 51% saham TAXI. Saat ini keduanya masih dalam proses negosiasi harga dan syarat pengambilalihan seluruh kepemilikan Rajawali. Sejumlah analis memandang rencana aksi akuisisi tersebut akan memberi cahaya terang dalam perjalan bisnis TAXI. Sebab Saratoga memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan Rajawali Group sehingga mempermudah TAXI dalam melakukan ekpansi penambahan armada. Analis BNI securities, Thennesia Debora melihat akuisis yang akan dilakukan Saratoga secara umum akan membawa dampak positif terhadap TAXI. Dengan kinerja keuangan Saratoga yang lebih solid dibanding Rajawali maka TAXI akan lebih mudah melakukan ekspansi penambahan armada tahun ini. Tahun ini TAXI menargetkan penambahan armada baru ssebanyak 500 unit. Adapun capex yang dianggarkan perseroan Rp 400 miliar-Rp 500 miliar yang mengandalkan sisa penerbitan obligasi tahun lalu dan pinjaman bank. “ Dengan bergabung dengan Saratoga, TAXI tidak akan kesulitan dalam menggarkan capex dan perkiraan kami tahun ini jumlah armda perseroan akan meningkat menjadi 12.637 unit,” ungkap Thennesia pada KONTAN, Rabu (29/4). Agustinus Reza Kirana, analis Bahana securitas memandang prospek TAXI akan bagus jika diakusisi oleh Saratoga. Pasalnya, Saratoga memiliki anak usaha yang bergerak di bidang otomotif PT Mitra Pinastikha Tbk (MPMX). Keduanya bisa menjalin hubungan simbiosis mutualisme. MPMX bisa mengandalkan penjualan terhadap TAXI di tengah perlambatan penjualan kendaaraan bermotor, sedangkan TAXI akan akan terbantu dalam pengadaan armada baru. Kendati membawa prospek cerah bagi TAXI, namun akusisi tersebut juga tak lepas dari sentimen negatif. Saratoga pernah pernah mengakuisisi perusahaan transportasi yakni Merpati, namun bisnis perusahaan tersebut tidak berjalan mulus. Thennesia bilang, pelaku pasar masih ragu apakah nantinya TAXI akan bernasib sama dengan Merpati. Sementara Agustinus dan Kevin Rusli, analis Indopremier Securities melihat sisi negatifnya terletak pada harga akuisisi. Harga yang disebut-sebut dikisaran Rp 1200- Rp 1300 menurut Agustinus terlalu mahal jika dibandingkan dengan kondisi fundamental TAXI. Agustinus bilang, tahun lalu kinerja keuangan TAXI tergerus akibat ekpansi pengadaan 150 armada bus, 300 taksi premium dan 500 midlle taksi tahun lalu yang pengoperasioan full dari perseroan, tidak seperti operasioan taksi regular. Ini membuat beban perseroan membengkak dan beban untuk gaji pegawai juga mengalami kenaikan signifikan menjadi Rp 18 miliar. “Sementara pengadaan taxi dilakukan berkala mulai April-Desember sehingga belum mendatangkan propit yang signifikan,” terangnya. Tahun ini Agustinus memperkirakan laba bersih perseroan akan turun 30% lantaran beban perseroan yang besar untuk operasioan armada baru yang menggunakan system full operated dan ditambah dengan beban Obligasi yang diterbitkan Juni tahun 2014 sebesar Rp 1 triliun dengan bungan 12,25% per tahun. “Namun pendapatan usaha TAXI akan naik 10% menjadi Rp 975 miliar dengan bertambahnya armada baru perseroan tahun lalu” kata dia. Sedangkan Thennesia memandang prospek bisnis TAXI masih cerah meskipun harga BBM yang berfluktuasi. Pasalnya, beban bahan bakar untuk taksi regular sudah ditanggung oleh driver. Selain itu TAXI juga memiliki kelebihan lain dari competitor utamanya yakni menerapkan system partnership yang menguntungkan bagi driver. “Ini membuat supir taksi lain akhirnya banyak yang pindah ke TAXI,” ungkap Thennesia. Dalam system partnership, armada taksi akan menjadi milik sopir jika masa kontrak selesai atau bisa menjualnya armada tersebut ke pihak ketiga. Tahun sebelumnya, deposit TAXI regular sebesar Rp 7,5 juta dan setoran per harinya Rp 240.000 serta Rp 40.000 biaya perawatan. Tahun ini, perseroan menaikkan tarif setoran menjaid Rp 285.000. Dengan inovasi-inovasi pelayanan yang terus diperbaiki TAXI, Thennesia menargetkan pendapatan TAXI masih akan tumbuh menjadi Rp 967,5 miliar dan laba bersih naik menjadi Rp 147,5 miliar. Dia merekomendasikan buy untuk saham TAXI dengan target harga Rp 1.375. Adapun Agustinus memasang target harga TAXI hingga akhir tahun sebesar Rp 820. Sedangkan Kevin menurunkan target harga TAXI dari Rp 1.700 menjadi Rp 1.300 karena langkah competitor perseroan yakni Bluebird yang menurunkan tarif ditingkat yang sama dengan TAXI. Kevin memperkirakan laba TAXI akan turun 20-30% tahun ini akibat rencana perseroan untuk ekspasi armada baru sekiat 500 unit ditambah dengan bunga obligasi tahun lalu membuat beban yang akan ditanggung perseroan cukup besar tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News