Bakal kerek kapasitas produksi hingga 1 GW, berikut roadmap bisnis JSKY hingga 2025



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY) sudah meramu bisnis jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan solar panel di dalam negeri. JSKY akan menambah kapasitas produksinya lewat peningkatan kapasitas di pabrik eksisting hingga membangun pabrik baru. 

Asal tahu saja, salah satu faktor yang dipertimbangkan JSKY melakukan ekspansi ini ialah PLTS Atap merupakan salah satu program pemerintah untuk mencapai target bauran EBT 23% pada 2025 melalui pemanfaatan PLTS oleh masyarakat konsumen listrik baik PLN maupun wilayah usaha lainnya.

Direktur Utama JSKY, Christopher Liawan menjelaskan, Sky Energy mengoperasikan pabrik sel dan modul surya terbesar dan satu-satunya di Indonesia dengan kapasitas masing-masing sebesar 200 MW dan 100 MW. Produk yang dihasilkan JSKY sudah mengandung Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) hingga 47,5%. 


Christopher mengungkapkan, saat ini JSKY masih banyak mengimpor komponen panel surya, salah satunya kaca. Pasalnya, panel surya membutuhkan kaca khusus yang anti debu, dibuat khusus untuk menyerap daya energi, dan tidak memantulkan cahaya.

Christopher bilang, saat ini salah satu strategi yang akan ditempuh untuk mengurangi komponen impor adalah dengan memenuhi kebutuhan kaca dari lokal. Dia menjelaskan, beberapa pabrikan besar kaca di Indonesia sudah bersedia memproduksi, asalkan pihaknya meningkatkan kapasitas pabrik di atas 200 MW.

Baca Juga: Sky Energy Indonesia (JSKY) kebanjiran pesanan panel surya dari AS

Sejalan dengan permintaan dari pabrik kaca dan proyek pemerintah dalam pengembangan PLTS, JSKY sudah meramu bisnis jangka panjang sampai dengan 2025 untuk meningkatkan kapasitas pabriknya. 

Melansir materi paparan JSKY dalam acara webinar E2S pekan lalu (26/8), Christopher menjelaskan, di 2021 pihaknya akan mengoperasikan pabrik kedua yakni Pabrik Gunung Putri yang berlokasi di Cisalak, Jawa Barat dengan kapasitas 200 MW untuk modul dan 100 MW sel surya. Di 2022, JSKY akan membangun pabrik ketiga dan peningkatan kapasitas produksi dari pabrik eksisting menjadi 300 MW. 

"JSKY berencana mengalokasikan investasi senilai US$ 2 juta dalam rangka peningkatan kapasitas produksi modul dan sel di Pabrik Gunung Putri dan US$ 25 juta untuk pembangunan dan pembukaan pabrik ketiga di Sentul," jelasnya ketika dihubungi lebih lanjut oleh Kontan.co.id, Senin (6/9). 

Berlanjut di 2023, JSKY memproyeksikan sudah bisa mengoperasikan pabrik ketiga dan kapasitas produksi sel dan modul 500 MW. Kemudian di 2024 hingga 2025 mendatang, Sky Energy menargetkan dapat mencapai kapasitas pabrik hingga 1.000 MW atau 1 GW.  

 
JSKY Chart by TradingView

Selain untuk meningkatkan TKDN, strategi peningkatan kapasitas produksi ini diakui Christopher juga untuk pricing strategy. "Salah satu pertimbangannya, kami coba untuk membuat terobosan supaya harga bisa bersaing dengan pasar impor dengan produk lokal dan TKDN yang lebih besar," kata Christopher. 

Christopher mengatakan, sebelumnya pihaknya fokus di retail sehingga menguasai ekspor. Ke depannya dengan kapasitas yang besar ini, JSKY akan fokus ke dalam negeri dengan harga yang lebih kompetitif. 

Christopher menjelaskan, saat ini salah satu produk unggulan JSKY adalah J-Leaf. Kelebihan produk ini dibandingkan modul standard terutama di berat yang kurang lebih 25%-40% lebih ringan, tanpa frame, lebih tipis, dan mudah diinstalasi sehingga biaya pemasangan bisa lebih murah. 

Sampai dengan saat ini, produk JSKY sudah melanglang buana ke berbagai negara. Adapun market ekspor terbesar Sky Energy adalah ke Amerika. "Produk kami sekarang lebih dari 50% diekspor ke Amerika yakni produk flexible panel dan foldable panel," ungkapnya. 

Selanjutnya: Sky Energy Indonesia (JSKY) sudah realisasikan sekitar 30% capex pada semester I

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .