Bakrie & Brothers terus berupaya memangkas utang



JAKARTA. PT Bakrie & Brothers Tbk terus melakukan restrukturisasi utang. Maklum, hingga kuartal III-2016, perusahaan dengan kode emiten BNBR ini masih mengalami defisiensi ekuitas yakni minus Rp 3,10 triliun.

Meski demikian defisiensi ekuitas tersebut membaik jika dibandingkan dengan ekuitas secara full year di tahun 2015 yang minus Rp 3,94 triliun. Saat ini, BNBR masih memiliki sisa utang Rp 8 triliun atau turun dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2015 yang mencapai Rp 9 triliun.

Perusahaan induk Grup Bakrie ini melakukan restrukturisasi utang dengan cara menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK) tahun ini. "Restrukturisasi utang tahap pertama sukses dengan nilai sebesar Rp 1 triliun," kata Bobby Gafur Umar, Direktur Utama BNBR, Jumat (25/11).


Ia bilang, saat ini perusahaan sedang mencari kesepakatan dengan para kreditur. Menurut Bobby sekitar 80%–90% proposal restrukturisasi sudah diterima oleh perusahaan-perusahaan yang memberi pinjaman kepada BNBR. Emiten ini masih memiliki utang ke beberapa pihak, seperti Mitsubishi sebesar US$ 250 juta dan Euro Capital sebesar USD 120 juta.

"Mereka (kreditur) bilang kalau perlu di-extend saja dengan kemampuan bullet payment di belakang," kata Bobby.

Nah, mengenai modal belanja tahun depan, Bobby belum bisa menyampaikannya. Meski demikian, BNBR akan lebih konservatif dalam menganggarkan belanja modal. Perusahaan akan memaksimalkan kapasitas yang ada atau melakukan partnership ketimbang membeli alat baru.

Proyek yang akan dikerjakan di kuartal IV di antaranya adalah pembangunan jalan tol yang menghubungkan Cimanggis dengan Cibitung. Dalam proyek ini, BNBR bekerja sama dengan salah satu anak usaha BUMN, yakni Waskita Toll road. Proyek ini membutuhkan dana total senilai Rp 9 triliun.

Targetnya pembangunan jalan tol selesai pada bulan Juni tahun depan. Saat ini, sepertiga dana investasi tol ini dipergunakan untuk membangun jalan tol sepanjang 3,5 kilometer di tengah kota Depok. Dana yang dibutuhkan besar karena jalan dibangun di tanah dengan harga yang mahal.

Efisiensi juga dilakukan BNBR, seperti merelokasi pabrik di bawah naungan Bakrie Building Industries. Beberapa pabrik akan direlokasi, seperti pabrik di Daan Mogot akan direlokasi ke Lampung, Sumedang atau Cirebon. Selain lebih dekat dengan konsumen, relokasi dilakukan demi mendapat upah karyawan yang lebih rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie