Bakrie Sumatera Plantations akan kembangkan bisnis secara organik



ASAHAN. Bertepatan dengan hari jadinya yang genap seabad, PT Bakrie Sumatera Plantations (UNSP) terus berambisi menjadi perusahaan perkebunan terbesar. Perusahaan ditargetkan bisa mengembangkan kinerja dan memperluas lahan. Pemilik UNSP, Aburizal Bakrie mengatakan pengembangan kinerja perusahaan bisa dilakukan secara organik dan anorganik. "Dengan membeli perusahaan-perusahaan lain serta mengembangkan yang sudah ada," ujarnya usai menghadiri Perayaan 100 Tahun BSP yang diselenggarakan di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, (19/05). Sayang Aburizal enggan menyebut detail perusahaan mana saja yang akan diincar. Pada kesempatan yang sama UNSP juga serius mengintegrasikan semua lini bisnisnya. Setelah sebelumnya bermain di bisnis perkebunan sawit dan karet, BSP pun tak ingin melewatkan industri hulu dan hilir sawit yakni pengembangan bibit dan pengolahan oleokimia sebagai produk sawit. Direktur Utama UNSP, Ambono Juniarto mengatakan untuk bisnis hilir sawit tersebut, BSP sudah mulai mengoperasikan pabrik oleokimia di Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara sejak April. "Kapasitas pabrik untuk asam lemak tersebut adalah 50.000 ton per tahun," ujar Ambono. Asam lemak adalah salah satu produk turunan oleokimia. Tak hanya asam lemak, produk turunan oleokimia lain yakni alkohol juga diproduksi. Pabrik tersebut direncanakan mampu memproduksi alkohol dengan kapasitas 35.000 ton per tahun. Ambono bilang 90% produk tersebut sudah siap untuk diserap pasar. Kontrak kerjasama dengan pasar penyerap oleokimia BSP sudah diteken untuk lima tahun ke depan. "Untuk produk alkohol, paling besar penyerapnya adalah Procter and Gamble (P&G)," katanya. Sementara karet sebagai satu dari dua komoditi yang ditanam BSP di samping sawit juga bakal digenjot produksinya. Jika tahun ini total produksi karet 20.000 per tahun maka 2014 mendatang BSP ditargetkan mampu memproduksi hingga 50.000 ton karet setahun. Maklum saja, Ambono menuturkan karet adalah komoditi yang bisa diandalkan ketika harga sawit atau crude palm oil (CPO) anjlok. Pada kenyataannya, Ambono juga bilang jika kontribusi karet lebih besar ketimbang sawit meski total produksi karet tak sampai setengah dari total produksi sawit yang mencapai 320.000 ton setahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Djumyati P.