Bakrie Telecom bakal lebih ekspansif di data



JAKARTA. Meski Telkom dan Indosat berencana menghapus layanan komunikasi berbasis Code-Division Multiple Access (CDMA), PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) tetap mempersiapkan langkah bisnis di awal tahun 2014 ini dengan optimistis.

Anak usaha Grup Bakrie yang memasarkan produk bernama Esia ini bakal terus memacu bisnis dari layanan data yang memang sedang menjadi primadona bagi operator seluler domestik. Perusahaan ini berniat meluncurkan layanan over the top (OTT) atau layanan data berbasis video dan audio.

Direktur Bakrie Telecom Imanuddin Kencana mengatakan, pihaknya akan mengerek pendapatan yang layak dari para pelanggan data. "Kami akan melayani pelanggan data karena tren penggunaan smartphone menjadi segmen yang menarik untuk digarap oleh Esia," katanya ke KONTAN, Minggu (12/1).


Sebetulnya, perusahaan ini sudah ekspansi layanan data sejak tiga tahun lalu. Misalnya, membuat program bundel dengan vendor ponsel pintar. Namun, hasil dari bisnis layanan data ini rupanya tidak bisa cepat atau instan. Tapi, mereka masih butuh waktu lama untuk meraup hasil yang diharapkan.

Hal ini terlihat dari pendapatan rata-rata per pelanggan atau average revenue per users (ARPU) layanan data di Indonesia yang hanya Rp 60.000 per bulan. Sementara, di negara lain sudah mencapai Rp 300.000 per bulan sampai Rp 500.000 per bulan.

Untuk mengerek pendapatan data, Esia bakal menyiapkan kapasitas data yang mampu melayani satu juta pelanggan Esia. Saat ini, pengguna layanan data Esia baru mencapai 700.000 pelanggan.

Langkah lainnya adalah menjalin kerjasama dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) untuk memberikan layanan akses internet nirkabel ini. Bakrie akan menggunakan jaringan Telkom untuk menjangkau pelanggannya.

Manajemen Bakrie Telecom yakin dengan langkah ini bisa memacu kinerja perusahaan. Apalagi, bisnis OTT tidak memerlukan investasi yang besar, seperti membangun jaringan fiber optik. "Justru potensi bisnis OTT bisa lebih besar karena tidak perlu mengeluarkan belanja modal yang besar," kata Imanuddin lebih lanjut.

Untuk mendukung rencana bisnis ini, Bakrie Telecom sudah menyiapkan belanja modal antara US$ 25 juta sampai US$ 35 juta tahun ini. Belanja modal ini akan diambil dari dana internal.

Meski begitu, manajemen Bakrie Telecom masih belum mau sesumbar soal target kinerja di tahun kuda ini, apakah sudah tidak lagi berapor merah seperti beberapa tahun terakhir.

Soalnya, bisnis telekomunikasi sedang turun, terlebih berbasis CDMA. Jadi, perusahaan ini masih belum mau mengungkap proyeksi pendapatan dan laba tahun ini. "Kami belum melakukan proyeksi bisnis, bersikap realistis sesuai industri dulu. Kami juga harus fokus dulu di laba operasi, laba rugi kurs," kata Imanuddin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan