Bakrie Telecom ingin restrukturisasi utang rampung tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan Grup Bakrie ramai-ramai merestrukturisasi utang. Beban utang yang jumbo saban tahun menggerus kinerja keuangan perusahaan. Alhasil, kinerja saham ikut melorot dan bertengger di angka gocapan dan sering digembok otoritas bursa efek.

Salah satunya adalah PT Bakrie Telecom Tbk. Emiten berkode BTEL ini tengah merekstrukturisasi total utang sebesar Rp 11 triliun dari 580 kreditur.

Restrukturisasi utang dilakukan lewat skema penjadwalan ulang dan konversi saham. Dari total utang, Robertus bilang sebanyak 70% akan dikonversi menjadi saham.


"Saat ini yang sudah berhasil direstrukturisasi adalah utang dari kreditur terbesar kami Huwaei, yang telah jadi pemegang saham sebesar 16%," ujar Robertus Bismarka, Direktur Utama BTEL, Selasa (26/6).

Huwaei Group menjadi salah satu pemegang saham BTEL setelah konversi Obligasi Wajib Konversi (OWK) senilai Rp 1,238 triliun menjadi 6.189 miliar saham.

Pada awal tahun ini, BTEL mendaftarkan permohonan Chapter 15 agar hasil PKPU BTEL dapat diakui sebagai penyelesaian bagi kreditur di Amerika Serikat. 

Sebagai catatan, BTEL sempat menerbitkan global bond dengan nilai emisi mencapai US$ 380 juta beberapa tahun lalu. Harapannya, proses ini bisa selesai sebelum tutup tahun 2018.

Selanjutnya, di kuartal IV-2018 dan kuartal I-2019, BTEL akan mengelar proses proses Exchanger Offer. Proses ini menawarkan pertukaran Wesel Senior yang saat ini dimiliki kreditur dengan Wesel baru yang terdiri atas OWK dan Porsi Tunai. Nantinya, kreditur memiliki OWK dapat melakukan konversi saham ke BTEL.

Robertus bilang, utang jumbo ini merupakan warisan terakhir dari bisnis telekomunikasi BTEL sebelumnya.

Jika proses restrukturisasi utang ini selesai dan seluruh OWK telah dikonversi, kepemilikan saham pendiri (Bakrie Group) akan terdelusi sampai 32%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi