JAKARTA. PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) masih terbelit utang besar. Salah satu utang yang harus dituntaskan segera adalah obligasi konversi atau equity linked bonds sebesar US$ 155 juta yang telah jatuh tempo pada 23 Maret 2015. Tapi hingga kini manajemen ELTY dan pemegang obligasi (bond holders) belum mencapai kesepakatan atas restrukturisasi utang itu. Direktur Utama ELTY Ambono Januarianto bilang, pekan depan ELTY bersama bond holders melanjutkan pembahasan soal skema restrukturisasi. "Kami terikat perjanjian untuk tidak menyebutkan skema yang dimaksud," ujar dia, Jumat (5/6).
Negosiasi masih tahap penjadwalan ulang obligasi. Namun Ambono optimistis skema restrukturisasi obligasi bisa disepakati sebelum tutup tahun ini. Sebelumnya, sempat ada wacana memakai aset tanah ELTY untuk membayar utang. "Tetapi itu tak lagi menjadi opsi. Karena menentukan valuasinya tidak mudah. Jadi kami cari opsi lain," imbuh dia. Beban keuangan yang tinggi cukup mengkhawatirkan kinerja ELTY. Misalnya, per 31 Maret 2015, beberapa entitas anak ELTY mengalami akumulasi kerugian bersih dan defisiensi modal. Jumlah akumulasi rugi entitas anak itu mencapai Rp 2,03 triliun dan defisiensi modal Rp 1,56 triliun. Jika ditotal, pemenuhan likuiditas ELTY yang berhubungan dengan utang bank dalam jangka panjang dan utang obligasi mencapai Rp 4,4 triliun. Dari seluruh utang itu, utang yang jatuh tempo pada kuartal I 2015 mencapai Rp 3,75 triliun. Di saat yang sama, kas internal ELTY cuma Rp 80,2 miliar atau 2,25% dari utang yang jatuh tempo itu. Ambono bilang, ELTY masih bisa melunasi utang itu dari pendapatan operasional dari proyek yang sudah berjalan. ELTY juga membuka peluang refinancing dengan pinjaman bank. Tapi Ambono tak mengungkapkan secara pasti jumlah pinjaman yang akan dicari. "Untuk divestasi aset belum terpikirkan. Namun, jumlah kas kami sebenarnya tak sekecil itu karena ada dari operasional," kilahnya. Ambono juga yakin, akan mendapatkan kesepakatan baru untuk melunasi utang obligasi konversinya. Tetap ekspansi Meski dililit utang, ELTY tetap mengupayakan ekspansi bisnis untuk memperbesar pendapatan. Maklum, per kuartal I 2015, perseroan masih menderita kerugian Rp 42,39 miliar ketimbang periode sama tahun lalu Rp 68,5 miliar. Adapun pendapatannya menurun drastis dari Rp 630,95 miliar menjadi Rp 320,2 miliar. Namun tahun ini, ELTY mematok bisa membukukan pendapatan Rp 1,5 triliun dan laba bersih Rp 200 miliar. ELTY menyiapkan belanja modal (capex) Rp 1,1 triliun tahun ini. Sebagian capex akan dibiayai dari pinjaman bank. Belanja modal itu untuk mendanai apartemen dengan tiga tower di Surabaya. ELTY juga akan membangun Jungle Water Wendit di Malang. ELTY pun melanjutkan pembangunan The Jungle Waterpark & Jungle World di Sidoarjo. Di sisi lain, ELTY masih memiliki piutang dari Surat Utang Konversi (SUK) dari PT Madison Global senilai Rp 1,65 triliun.
Madison menguasai aset berupa tanah dalam pengembangan (landbank) seluas 126,32 hektare di Karawang, Cirebon dan Sawangan, serta landbank seluas 250 ha di Kalianda. "Piutang ini akan jatuh tempo pada Desember tahun ini dan akan dikonversi ke saham," ujar Ambono. Kelak, ELTY akan membangun properti di atas lahan Madison. Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities menilai investor sudah telanjur pesimistis ELTY bisa membayar utangnya yang menumpuk. Melihat struktur keuangan ELTY yang semakin tak sehat, Reza masih menyarankan untuk menghindari saham ELTY. Harga ELTY masih anteng di level gocap alias Rp 50 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto