KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan mulai melakukan uji coba transisi sistem transaksi tol nontunai nirsentuh atau Multi lane Free Flow (MLFF) pada 1 Juni 2023 mendatang. Pada tahap awal, satu gerbang di satu ruas tol terlebih dahulu yang akan dihilangkan untuk MLFF. Sementara gerbang yang lain tetap bisa digunakan untuk transaksi nontunai menggunakan kartu elektronik. "Uji coba dilakukan secara bertahap, selama masa transisi pengguna bisa langsung bertransaksi dengan sistem MLFF menggunakan aplikasi tanpa melewati palang tol, namun gerbang untuk transaksi nontunai konvensional tetap ada," ungkap Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, Danang Parikesit, di Jakarta, Rabu (7/12).
Lebih lanjut Danang menjelaskan, untuk melintasi jalan tol pengguna tinggal mengunduh aplikasi khusus jalan tol bernama Cantas dan melakukan registrasi. Tak lupa, pastikan juga saldo tersedia sebelum memasuki jalan tol.
Baca Juga: Kementerian PUPR Siapkan Sejumlah Ruas Tol yang Akan Dilintasi Saat Nataru "Karena akan ada Gantry yang akan mengawasi kendaraan di beberapa titik di ruas tol agar tidak ada pelanggaran,” tuturnya. Sistem MLFF mengandalkan teknologi satelit Global Navigation Satellite System (GNSS), di mana pergerakan kendaraan saat melewati jalan tol akan dideteksi melalui teknologi satelit tersebut. Untuk melintasi jalan tol, pengguna cukup menekan tombol ‘start’ pada aplikasi Cantas sebelum masuk memasuki jalan tol. GPS akan menentukan posisi yang dideterminasi oleh satelit dan proses
map matching akan berjalan di
central system. Saat perjalanan berakhir dan kendaraan keluar tol, maka proses
map matching berakhir. Secara otomatis, aplikasi akan mengkalkulasi tarif dan kemudian saldo akan terpotong secara otomatis. Dengan MLFF menggunakan aplikasi, sambungnya, akan membuat sistem transaksi tol menjadi lebih cepat karena pengguna tidak perlu lagi berhenti untuk menempelkan kartu elektronik. Hasilnya, antrean di gerbang tol pun tidak akan ada lagi. Antrean di gerbang tol yang menyebabkan kemacetan ini diperkirakan menyumbang kerugian mencapai Rp 4,4 triliun per tahun. Dengan demikian, MLFF bisa menjadi solusi pengurai kemacetan di gerbang tol. "Kajian PT Roatex Indonesia Toll System (RITS) menyampaikan kemacetan itu menyebabkan kerugian Rp 4,4 triliun. Kalau kita lihat kemacetan tanpa kita sadari antrian di gerbang tol nilainya cukup besar dari pemborosan bahan bakar minyak (BBM) saja," sebut dia. Selain itu, MLFF juga membuat biaya operasional pengumpulan tol semakin efisien. Terlebih, saat ini jalan tol di Indonesia yang sudah beroperasi mencapai lebih dari2.500 km. Maka dari itu, akan terjadi inefisiensi luar biasa apabila tidak dibarengi dengan transformasi teknologi di jalan tol.
Baca Juga: Penyesuaian Harga Disetujui, Menteri PUPR Pastikan Proyek Infrastruktur Jalan Terus Uji coba dilakukan di ruas tol Bali
Terkait tahap awal uji coba MLFF, rencananya akan dilakukan di Bali. Pertimbangannya lantaran ruas tol di Bali belum terlalu padat. Sehingga akan lebih mudah melaksanakan kontrol untuk memastikan semua sistem berjalan dengan baik. "Setelah Bali sudah menerapkan MLFF secara keseluruhan, baru kemudian kami akan uji coba di ruas tol lain,” ungkap Direktur Utama PT Roatex Indonesia Toll System (RITS) sebagai Badan Usaha Pelaksana sistem MLFF, Musfihin Dahlan. Selama masa uji coba, kegiatan sosialisasi juga bakal dilakukan lebih masif agar segala informasi bisa tersampaikan dengan baik kepada masyarakat. Rencana uji coba ini juga didukung dengan hasil Penelitian yang dilakukan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada Juli 2022. Penelitian tersebut menyebutkan sebanyak 92.2% dari 1.341 pengguna tol yang disurvei mengatakan setuju dengan sistem MLFF.
Ketua YLKI Tulus Abadi menjelaskan, dua alasan utama mereka mendukung sistem ini menurut survei adalah karena efisiensi dari sisi waktu tunggu di gerbang tol terutama pada jam padat. Lalu pengguna menilai lalu lintas kendaraan di jalan tol dapat berjalan lebih lancar dengan adanya sistem MLFF. “Selain setuju, pengguna tol yang kami survei itu juga menyampaikan kesiapan mereka jika sistem MLFF diberlakukan sebagai sistem pembayaran tol,” papar Tulus. Rencana pemerintah mentransformasi sistem tol ini salah satunya dilatarbelakangi hasil studi kelayakan yang dilakukan Roatex. Studi tersebut menyebut, kemacetan yang terjadi di gerbang tol mengakibatkan kerugian hingga Rp 4,4 triliun per tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi