Bali Towerindo bakal menambah 1.000 tower telekomunikasi tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) gencar melakukan ekspansi baik di bisnis menara telekomunikasi maupun di bisnis broadband fiber optik (FTTx). Guna mendukung ekspansinya, perusahaan akan menganggarkan belanja modal (capetal expenditure/capex) Rp 860 miliar tahun ini.

Di bisnis menara, Bali Towerindo berencana menambah sekitar 800 hingga 1.000 tower telekomunikasi tahun ini. Sementara per akhir 2017, perusahaan sudah memiliki 1.225 menara. Selama tiga bulan pertama tahun ini, sudah ditambah 72 menara sehingga totalnya telah mencapai 1.297 yang terdiri dari 114 jenis Self Supporting Tower (SST), 77 jenis Monopole Tower dan Microcell Pole (MCP) sebanyak 1.106.

Dalam melakukan ekspansi menara, Bali Towerindo akan fokus di MCP karena jenis ini sesuai dengan kebutuhan jaringan 4G. Seluruh operator saat ini sudah bergerak ke pengembangan jaringan 4G dan 5G sehingga permintaan menara sudah mengarah ke MCP.


Robby Hermanto, Direktur Bali Towerindo mengatakan, pihaknya tentu memiliki strategi sendiri dalam menghadapi persaingan di bisnis menara. Fokus perusahaan mengembangkan jenis menara MCP merupakan strategi dalam mengakomodasi perubahan teknologi yang membutuhkan sinyal yang lebih cepat. "Permintaan dari operator untuk menara jenis ini memang semakin meningkat," katanya di Jakarta, Jumat (18/5).

Kemudian, Bali Towerindo juga selalu meningkatkan efisiensi dari sisi desain menara sehingga menurunkan biaya capex yang dikeluarkan para operator telekomunikasi. Hampir semua operator sudah menjadi pelanggan perusahaan seperti Telkomsel, Indosat, XL, smartfren,dan bolt. Andi Sumarsono, Direktur Marketing BALI bilang, permintaan paling tinggi untuk MCP saat ini adalah dari Indosat.

Dalam menambah menara, Bali Towerindo masih akan fokus di Pulau Jawa dan Pulau Bali sebab potensi bisnis di duaa pulau ini dinilai masih sangat besar. Tahun ini, perusahaan akan mengalokasi Rp 250 miliar untuk menara.

Jumlah pelanggan untuk sewa menara BALI saat ini mencapai 1.892 , meningkat dari 1.392 klien pada posisi akhir tahun lalu. Rata-rata pendapatan perusahaan per tower mencapai Rp 294 juta.

Sedangkan di bisnis broadbank fiber optik, perusahaan mengembangkan homepass dengan nama Bali Fiber. Tahun ini, perusahaan juga akan gencana melakukan ekpansi di sektor ini sejalan dengan pengembangan menara MCP yang dilakukan perusahaan.

Dalam pengembangan Bali Fiber, perusahaan masih fokus di Jakarta karena ingin memanfaatkan pengembangan fiber optik MCP. "Kami sudah tarik lebih dari 25.000 km fiber. Dalam memasang kami menyewa di gedung-gedung. Nah kami akan manfaatkan ini dengan menyasar penghuni gedung dan kita tarik langsung jaringannya." jelas Andi.

Saat ini, Bali telah memasang Bali Fiber di sektor residensial sebanyak 14.619 homepass di 33 kluster dan di sektor korporasi menyambungkan jaringan ke 32 gedung. Menurut Andi, permintaan pelayanan FTTx terus meningkat untuk mengakomodasi peningkatan permintaan pelayanan internet dan TVberbayar (IPTV) di rumah dan area komersial lainnya.

Bali Towerindo mengklaim tarif yang ditawarkan Bali Fiber lebih murah dari kompetitornya karena perusahaan menggunakan dense network architecture untuk penyebaran FTTx lebih cepat dan penghematan biaya lebih dari 30%.

Tahun ini, Bali Towerindo menargetkan penambahan jaringan FTTx sebanyak 85.000-100.000 home passed. Perusahaan akan mengalokasi Rp 550 miliar capex untuk mendukung ekspansi tersebut tahun ini. Sedangkan sisa capex Rp 60 miliar akan dipakai untuk pengembangan data center.

Sejalan dengan ekspansi tersebut, Bali Towerindo optimistis bisa mencatatkan pendapatan sebesar Rp 400 miliar, naik 25% dari tahun 2017. Sementara EBITDA ditargetkan Rp 270 miliar, naik 25,5% dari Rp 215 miliar pada tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat