KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Sebuah benda terbang yang diduga merupakan balon mata-mata milik China terlihat melintasi langit Amerika Serikat (AS) pada hari Kamis (2/2) waktu setempat. Departemen Pertahanan AS, atau Pentagon, kemudian mengerahkan jet tempur untuk mengawasi objek tersebut. Dilansir dari
Reuters, jet tempur telah dikerahkan, tapi penasihat militer AS menyarankan Presiden Joe Biden agar tidak memberikan perintah tembak karena puing-puing yang muncul bisa menimbulkan ancaman keselamatan. Saran tersebut pun diterima Biden.
"Pemerintah Amerika Serikat telah mendeteksi dan melacak balon pengintai ketinggian tinggi yang berada di atas benua Amerika Serikat saat ini. Balon terbang di ketinggian jauh di atas lalu lintas udara komersial dan tidak menimbulkan ancaman militer atau fisik bagi warga yang ada di darat," kata juru bicara Pentagon, Brigadir Jenderal Patrick Ryder.
Baca Juga: Satu Tujuan, AS-India Siap Berkolaborasi di Bidang Senjata dan AI untuk Lawan China Untuk sementara belum ada komentar apa pun dari China terkait insiden ini. Pasca insiden tersebut, banyak pejabat AS mulai menyuarakan kekhawatiran atas adanya ancaman spionase China. Senator AS, Marco Rubio, mengatakan balon mata-mata China sangat mengkhawatirkan. Kendati demikian, dirinya menyadari bahwa hal itu bukan sesuatu yang mengejutkan. "Tingkat spionase yang ditujukan ke negara kita oleh Beijing telah tumbuh secara dramatis lebih intens & kurang ajar selama 5 tahun terakhir," kata kader Partai Republik yang bertugas di komite intelijen Senat itu. Sementara itu, ketua fraksi Republik di DPR, Kevin McCarthy, mengatakan dia akan meminta pengarahan dari "Gang of Eight", forum pengarahan rahasia untuk para pemimpin kongres dan pemimpin komite intelijen dari Partai Republik dan Demokrat.
Baca Juga: Waspadai China, India Berencana Kerek Anggaran Pertahanan Hingga 13% Tak lama sebelum balon mata-mata China melintasi langit AS, Direktur CIA, William Burns, sempat menyebut China sebagai tantangan geopolitik terbesar yang dihadapi AS saat ini. Hubungan antara AS dan China memang memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi semakin buruk ketika Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, berkunjung ke Taiwan bulan Agustus lalu. Bagi China, kunjungan itu merupakan bentuk dukungan nyata AS terhadap kemerdekaan Taiwan, yang oleh China dianggap sebagai wilayah separatis. Tak lama setelahnya China mengadakan latihan militer skala besar di sekitar Taiwan. Latihan tersebut digelar secara mendadak dan tidak masuk dalam agenda tahunan militer China.