Nama Bambang Ismawan begitu melekat dengan Bina Swadaya dan majalah Trubus. Ia adalah pendiri Bina Swadaya, organisasi yang memberdayakan masyarakat miskin. Selama 45 tahun mengabdi, akhirnya Bambang memutuskan untuk pensiun. Lalu, apa saja kegiatan pria yang dianugrahi Entrepreneur of The Year 2006 oleh Ernst & Young itu?Meski telah memasuki usia senja, Bambang Ismawan terlihat segar dan sehat ketika KONTAN menemuinya akhir Maret lalu. Ia bercerita tentang aktivitasnya selepas menyerahkan tongkat estafet Bina Swadaya. Pria berusia 73 tahun ini masih aktif memberdayakan masyarakat miskin lewat pertanian. Bambang menyebut aktivitasnya sebagai Beyond of Bina Swadaya.Perjalanan sosial Bambang berawal lantaran tersentuh teladan seorang misionaris asing di desanya. Ketika masih mahasiswa, ia bertemu dengan pastor Belanda yang masuk keluar Gunung Kidul membantu masyarakat desa yang terkena masa paceklik. "Bisa dibilang, saya merasa terpanggil melihat teladan dari sang pastor. Kemudian terlintas untuk membangun sebuah wadah yang memberdayakan masyarakat kecil di bidang pertanian," kenang Bambang. Setelah meraih gelar sarjana ekonomi, Bambang pun memutuskan untuk mendirikan Yayasan Sosial Tani Membangun yang menjadi cikal bakal Bina Swadaya yang berdiri pada 1967 silam. Saat itu, pria yang juga pendiri Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini ingin Bina Swadaya menjadi organisasi massa yang memberdayakan masyarakat miskin. Bambang konsisten pada sektor pertanian, sambil menunaikan misi sosialnya, yakni membantu petani dan masyarakat miskin. Ia masuk keluar kampung untuk mencari solusi perbaikan pola pertanian di sana.Lantas, pria kelahiran Pemalang, Jawa Tengah ini membuat tujuh titik kegiatan atau program kerja Bina Swadaya. Di antaranya, pemberdayaan masyarakat melalui program pelatihan dalam bidang pertanian dan pengembangan keuangan mikro. Lembaga ini yang kemudian menjadi sumber permodalan warga untuk melakukan usaha.Untuk membantu masyarakat di desa-desa tertinggal, Bambang pun berkunjung dan memberikan modal usaha. Ia juga menyediakan pembinaan usaha kepada masyarakat setempat. Bina Swadaya sendiri saat ini membawahi 17 perusahaan terbatas yang bergerak dalam lima bidang, yakni keuangan mikro, agribisnis, komunikasi pembangunan, wisata alternatif, dan pemberdayaan masyarakat.Baru-baru ini, Bambang pulang dari Desa Kebon, Kecamatan Bayat, Klaten untuk membantu masyarakat di sana. Meski telah resmi pensiun dari Bina Swadaya, Bambang tetap terlibat pada aktivitas Bina Swadaya. "Kami datang mempelajari kehidupan masyarakat, tentang apa yang mereka butuhkan. Kemudian, memberi modal untuk membuka jalan pertama mereka melakukan kegiatan ekonomi," paparnya. Masyarakat yang ingin mendapatkan modal harus terlebih dahulu menentukan jenis usaha yang akan dilakukan. Jika belum, masyarakat bisa belajar dari workshop yang diselenggarakan Bina Swadaya.Tak hanya dilatih keterampilannya dan diberikan pengetahuan, masyarakat juga mendapat pendampingan tim Bina Swadaya. "Kami memantau mereka mulai dari perencanaan usaha, membuka usaha, hingga mengantar mereka pada sebuah kesuksesan," terang penyabet gelar master dari Universitas Leiden, Belanda ini.Hunian Bambang di Cimanggis, Depok, Jawa Barat pun disulap menjadi workshop untuk masyarakat belajar bercocok tanam dan beragam kegiatan lainnya, mulai dari pembuatan furnitur, membatik, tempat percetakan sampai pelbagai macam kerajinan.Pensiun dari Bina Swadaya, Bambang aktif di bermacam kegiatan sosial, tetap dengan misinya menciptakan kegiatan ekonomi mandiri. Bahkan, kini, ia tengah meneliti pengembangan keuangan mikro masyarakat Desa Palem Watu, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.Tak berhenti sampai disitu, Bambang juga aktif menyumbangkan pemikirannya. Sebagai Sekretaris Jenderal Gerakan Bersama Pengembangan Keuangan Mikro, ia pun aktif terlibat dalam perumusan Undang-Undang Keuangan Mikro.Dedikasinya di bidang pendidikan dituangkan lewat keikutsertaan dalam perumusan program S-2 di Universitas Padjajaran yang bekerja sama dengan Mediterranean Agronomic Institute of Chania, Yunani.Meski telah pensiun, pria yang penerima Satyalencana Pembangunan pada 1995 ini tidak pernah berhenti berkarya. Ia masih aktif di 12 organisasi yang bertujuan memberdayakan sektor perekonomian mikro dan tetap masuk keluar desa.Tidak hanya terpusat di Pulau Jawa, desa tertinggal di daerah Flores, Sumbawa Timur juga menjadi perhatiannya. "Kami tengah berkoordinasi dengan aparatur daerah setempat untuk membicarakan program Bina Swadaya," ujarnya. Ia pun menggalakkan komunikasi dengan para pengusaha di daerah untuk turut membangun desanya. Bambang memang telah memetik hasil dari seluruh dedikasinya bagi masyarakat Indonesia. Bina Swadaya telah mencetak ribuan alumni dan sudah melatih sekitar 7.000 pimpinan LSM pemberdayaan masyarakat. Omzet Bina Swadaya telah mencapai Rp 20 miliar per tahun dan mempekerjakan lebih dari 1.000 karyawan. Namun begitu, ada satu keunikan. Seluruh pencapaian Bambang ini ternyata justru tak membuatnya mempunyai 1% saham pun di Bina Swadaya ataupun Trubus. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bambang telah pensiun tapi tak lekang memberdayakan masyarakat miskin
Nama Bambang Ismawan begitu melekat dengan Bina Swadaya dan majalah Trubus. Ia adalah pendiri Bina Swadaya, organisasi yang memberdayakan masyarakat miskin. Selama 45 tahun mengabdi, akhirnya Bambang memutuskan untuk pensiun. Lalu, apa saja kegiatan pria yang dianugrahi Entrepreneur of The Year 2006 oleh Ernst & Young itu?Meski telah memasuki usia senja, Bambang Ismawan terlihat segar dan sehat ketika KONTAN menemuinya akhir Maret lalu. Ia bercerita tentang aktivitasnya selepas menyerahkan tongkat estafet Bina Swadaya. Pria berusia 73 tahun ini masih aktif memberdayakan masyarakat miskin lewat pertanian. Bambang menyebut aktivitasnya sebagai Beyond of Bina Swadaya.Perjalanan sosial Bambang berawal lantaran tersentuh teladan seorang misionaris asing di desanya. Ketika masih mahasiswa, ia bertemu dengan pastor Belanda yang masuk keluar Gunung Kidul membantu masyarakat desa yang terkena masa paceklik. "Bisa dibilang, saya merasa terpanggil melihat teladan dari sang pastor. Kemudian terlintas untuk membangun sebuah wadah yang memberdayakan masyarakat kecil di bidang pertanian," kenang Bambang. Setelah meraih gelar sarjana ekonomi, Bambang pun memutuskan untuk mendirikan Yayasan Sosial Tani Membangun yang menjadi cikal bakal Bina Swadaya yang berdiri pada 1967 silam. Saat itu, pria yang juga pendiri Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini ingin Bina Swadaya menjadi organisasi massa yang memberdayakan masyarakat miskin. Bambang konsisten pada sektor pertanian, sambil menunaikan misi sosialnya, yakni membantu petani dan masyarakat miskin. Ia masuk keluar kampung untuk mencari solusi perbaikan pola pertanian di sana.Lantas, pria kelahiran Pemalang, Jawa Tengah ini membuat tujuh titik kegiatan atau program kerja Bina Swadaya. Di antaranya, pemberdayaan masyarakat melalui program pelatihan dalam bidang pertanian dan pengembangan keuangan mikro. Lembaga ini yang kemudian menjadi sumber permodalan warga untuk melakukan usaha.Untuk membantu masyarakat di desa-desa tertinggal, Bambang pun berkunjung dan memberikan modal usaha. Ia juga menyediakan pembinaan usaha kepada masyarakat setempat. Bina Swadaya sendiri saat ini membawahi 17 perusahaan terbatas yang bergerak dalam lima bidang, yakni keuangan mikro, agribisnis, komunikasi pembangunan, wisata alternatif, dan pemberdayaan masyarakat.Baru-baru ini, Bambang pulang dari Desa Kebon, Kecamatan Bayat, Klaten untuk membantu masyarakat di sana. Meski telah resmi pensiun dari Bina Swadaya, Bambang tetap terlibat pada aktivitas Bina Swadaya. "Kami datang mempelajari kehidupan masyarakat, tentang apa yang mereka butuhkan. Kemudian, memberi modal untuk membuka jalan pertama mereka melakukan kegiatan ekonomi," paparnya. Masyarakat yang ingin mendapatkan modal harus terlebih dahulu menentukan jenis usaha yang akan dilakukan. Jika belum, masyarakat bisa belajar dari workshop yang diselenggarakan Bina Swadaya.Tak hanya dilatih keterampilannya dan diberikan pengetahuan, masyarakat juga mendapat pendampingan tim Bina Swadaya. "Kami memantau mereka mulai dari perencanaan usaha, membuka usaha, hingga mengantar mereka pada sebuah kesuksesan," terang penyabet gelar master dari Universitas Leiden, Belanda ini.Hunian Bambang di Cimanggis, Depok, Jawa Barat pun disulap menjadi workshop untuk masyarakat belajar bercocok tanam dan beragam kegiatan lainnya, mulai dari pembuatan furnitur, membatik, tempat percetakan sampai pelbagai macam kerajinan.Pensiun dari Bina Swadaya, Bambang aktif di bermacam kegiatan sosial, tetap dengan misinya menciptakan kegiatan ekonomi mandiri. Bahkan, kini, ia tengah meneliti pengembangan keuangan mikro masyarakat Desa Palem Watu, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.Tak berhenti sampai disitu, Bambang juga aktif menyumbangkan pemikirannya. Sebagai Sekretaris Jenderal Gerakan Bersama Pengembangan Keuangan Mikro, ia pun aktif terlibat dalam perumusan Undang-Undang Keuangan Mikro.Dedikasinya di bidang pendidikan dituangkan lewat keikutsertaan dalam perumusan program S-2 di Universitas Padjajaran yang bekerja sama dengan Mediterranean Agronomic Institute of Chania, Yunani.Meski telah pensiun, pria yang penerima Satyalencana Pembangunan pada 1995 ini tidak pernah berhenti berkarya. Ia masih aktif di 12 organisasi yang bertujuan memberdayakan sektor perekonomian mikro dan tetap masuk keluar desa.Tidak hanya terpusat di Pulau Jawa, desa tertinggal di daerah Flores, Sumbawa Timur juga menjadi perhatiannya. "Kami tengah berkoordinasi dengan aparatur daerah setempat untuk membicarakan program Bina Swadaya," ujarnya. Ia pun menggalakkan komunikasi dengan para pengusaha di daerah untuk turut membangun desanya. Bambang memang telah memetik hasil dari seluruh dedikasinya bagi masyarakat Indonesia. Bina Swadaya telah mencetak ribuan alumni dan sudah melatih sekitar 7.000 pimpinan LSM pemberdayaan masyarakat. Omzet Bina Swadaya telah mencapai Rp 20 miliar per tahun dan mempekerjakan lebih dari 1.000 karyawan. Namun begitu, ada satu keunikan. Seluruh pencapaian Bambang ini ternyata justru tak membuatnya mempunyai 1% saham pun di Bina Swadaya ataupun Trubus. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News