Bandara baru Jogja beroperasi April 2019



KONTAN.CO.ID - YOGYAKARTA. PT Angkasa Pura (AP) I menargetkan proyek pembangunan Bandara Kulon Progo, Yogyakarta tahap I bisa beroperasi April 2019. Meski berada di dekat pantai, bandara ini diklaim tahan gempa berkekuatan hingga 8,8 skala Richter (SR).

Agus Pandu Purnama, General Manager Bandara International Adisutjipto PT AP I menjelaskan, proyek infrastruktur ini masih tahap pembebasan lahan. Hingga 19 Januari 2018 pembebasan tanah mencapai 98,15% dari total 587,3 hektare (ha). 

AP I merogoh dana Rp 4,1 triliun untuk pembebasan lahan. "Kini tinggal 11,43 ha lahan milik 32 warga yang belum bebas. Ditargetkan Februari selesai, dan April bisa konstruksi," ujar Agus, dalam acara Media Visit di Yogyakarta, Jumat (26/1).


Setahun ke depan, tepatnya April 2019, Bandara Kulon Progo ditargetkan beroperasi terbatas. Pada tahap pertama bandara ini bisa menampung 14 juta penumpang per tahun. Sedangkan bila tahap I dan II sudah bisa selesai, bisa menampung 20 juta penumpang per tahun. Konstruksi tahap I akan selesai seluruhnya tahun 2031 dan tahap II tahun 2041.

Bandara Kulon Progo akan menggantikan Bandara International Adisutjipto yang dinilai sudah tak memadai karena over kapasitas. Dengan kapasitas bandara 1,8 juta penumpang per tahun, Bandara International Adisutjipto pada 2017 menampung penumpang hingga 7,6 juta orang.

Jika idealnya setiap penumpang berhak mendapatkan ruang sekitar 8 meter persegi ketika ruang tunggu, saat ini penumpang di bandara Adi Sutjipto hanya memperoleh ruang 1,5 meter persegi.

Bandara Adisutjipto juga sudah tidak bisa dikembangkan lagi sehingga menghambat maskapai penerbangan asing untuk terbang langsung ke Yogyakarta. Bahkan saat ini hanya ada Air Asia dan Silk Air yang melayani penerbangan internasional tujuan Singapura dan Malaysia di Bandara Adisutjipto. Padahal sejumlah maskapai China dan Timur Tengah juga berminat membuka rute ke Yogyakarta

Menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, bangunan Bandara Kulon Progo kokoh terhadap gempa hingga 8,8 SR. Pemerintah memang sengaja merancang kemampuan itu karena di pesisir selatan Pulau Jawa sering terjadi gempa bumi. "Jangan takut lagi Kulon Progo kena tsunami. Kami sudah mempersiapkan (struktur) bangunan dan mitigasi," jelas Budi pada diskusi di Kantor BMKG Jakarta, Jumat (26/1).

Untuk itu Ditjen Perhubungan Udara melibatkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), dan AP I dalam merinci penyusunan engineering design mitigasi bencana tsunami dan gempa bumi di Kulon Progo.

Bandara ini juga menggunakan struktur tiga lapisan berupa gumuk pasir, sabuk hijau (mangrove atau cemara udang), dan parit sepanjang 200 meter di antara bibir pantai dan Bandara Kulon Progo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia