Bandara baru menguntungkan sektor pariwisata



JAKARTA. Kehadiran bandar udara baru diharapkan mendorong geliat sektor pariwisata di daerah. Kapasitas bandara yang cukup besar diharapkan juga bisa mendorong masyarakat memperoleh tiket dengan harga lebih murah.

Direktur Kebandarudaraan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Bambang Tjahjono, mengatakan Kementerian Perhubungan juga berupaya merelokasi bandara dengan kapasitas kecil ataupun mengembangkan kapasitas bandara yang sudah ada. Bandara Saumlaki Baru di Maluku Tenggara Barat, misalnya, merupakan relokasi dari Bandara Olilit. Landas pacu Bandara Olilit hanya 900 meter sehingga cuma sanggup menampung pesawat ATR-42 bermuatan 40 orang. Alhasil, kata Bambang, tiket pesawat dari Ambon ke Maluku Tenggara Barat bisa mencapai sekitar Rp 1,5 juta.

Karena itu, Kementerian Perhubungan membangun bandara baru dengan landasan lebih panjang hingga 1.600 meter. Sehingga, Bandara Saumlaki Baru nantinya bisa menampung pesawat jenis ATR-72 berkapasitas 70 orang. Karena kapasitas penumpang naik, harga tiket diharapkan turun. “Kami mendorong masyarakat bisa memperoleh tiket lebih murah,” kata Bambang.


Antonius Silaholo, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Maluku, berharap kehadiran bandara baru bisa mendorong geliat pariwisata yang selama ini menjadi sektor unggulan Provinsi Maluku. Maklum, Maluku memiliki andalan wisata bahari yang tak kalah dari daerah lain. Antonius berharap, bandara baru nantinya bisa menerima limpahan wisatawan dari Bali.

Dampak kehadiran bandara baru bagi sektor pariwisata juga akan dirasakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Raja Ampat. Pengoperasian Bandara Marinda tahun ini otomatis bakal memudahkan akses ke Kepulauan Raja Ampat.

Selama ini, untuk mencapai Raja Ampat, rute penerbangan hanya berakhir di Kota Sorong. Setelah itu, pelawat harus menempuh perjalanan laut selama dua jam untuk mencapai Kota Waisai, ibukota Raja Ampat. “Dengan bandara baru, pariwisata ke Raja Ampat akan meningkat,” kata Deputi Promosi Investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Himawan Hariyoga.

Berkah yang sama juga bakal dirasakan warga Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Pulau kecil di sebelah utara Gresik ini sejatinya memiliki pesona wisata yang menarik. Namun, wisata Bawean selama ini belum populer lantaran akses ke pulau itu sulit.

Agus Setyo Pambudi, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkab Gresik, mengatakan akses ke Bawean dari Gresik selama ini menggunakan kapal cepat yang memakan waktu tiga jam. Namun, saat gelombang pasang, wisatawan harus menggunakan kapal besar dengan waktu tempuh lebih lama yaitu mencapai sembilan jam.

Bandara Bawean yang ditargetkan beroperasi tahun ini jelas akan meningkatkan geliat pariwisata di Bawean. Selain itu, sektor ekonomi lain juga akan ikut menggeliat. “Bandara Bawean juga memudahkan akses bagi penduduk Bawean yang bekerja di luar negeri,” kata Agus.

Menurut Himawan, kehadiran bandara akan menarik investasi di sektor pariwisata. Investasi akan mendatangkan efek berantai bagi sektor pendukungnya, seperti hotel dan restoran. “Akses yang mudah akan menarik investasi sehingga pembangunan di daerah lebih meningkat,” imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: A.Herry Prasetyo