JAKARTA. Kementerian Perhubungan (Kemhub) menyatakan bandara udara (bandara) Saumlaki di Maluku Tenggara Barat akan segera beroperasi pada 2013. Bandara tersebut merupakan salah satu proyek pemerintah pusat untuk mengembangkan infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Kemhub menganggarkan Rp 30 miliar untuk membangun bandara yang memiliki konstruksi landasan pacu sepanjang 1.650 meter x 30 meter. Seluruh proyek dikerjakan PT Nindya Karya dengan alokasi dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui Kemhub yang dikucurkan setiap tahun. Dana tersebut dikucurkan pemerintahan dari periode tahun 2010 hingga 2012. "Tahun 2013 sudah mulai beroperasi, namun secara optimal baru di tahun 2014," ujar Ignatius Bambang Tjahjono, Direktur Kebandarudaraan Dirjen Perhubungan Udara, Kemhub, Jumat (25/5). Bambang bilang, untuk saat ini saja bandara tersebut sudah bisa didarati oleh jenis pesawat ATR-72. Pengerjaan bandara Saumlaki merupakan jenis proyek prioritas pemerintah yang keseluruhan dananya berasal dari pemerintah pusat. "Selain Saumlaki, ada Bandara Marinda Raja Ampat (Papua Barat), Bandara Muara Bungo (Jambi), Bandara Tual Baru (Maluku), Bandara Enggano (Bengkulu), Bandara Sumarorong Tahap II (Mamasa), Bandara Waghete Baru (Papua), Bandara Kamanap Baru (Papua) dan Bandara Pekonserai (Lampung Barat)," tegasnya. Sedangkan untuk Bandara Raja Ampat, sudah diresmikan pada awal Mei lalu oleh Bupati Raja Ampat dan Menteri Perhubungan, EE Mangindaan. Namun tetap akan terus disempurnakan hingga setahun ke depan. "Bandara ini belum selesai semua karena masih diperlukan penambahan runway. Pemkot, pemkab, dan berbagai pihak akan bekerja sama untuk menyempurnakannya," ujar Bambang. Landasan pacu Bandara Marinda sepanjang 1.200 meter akan diperpanjang lagi menjadi 2.000 meter sehingga ke depan bisa didarati oleh pesawat berbadan lebar. Saat ini baru bisa didarati pesawat ATR-42, DHC-7, dan Cassa 212, atau pesawat Hercules 130 dan ATR-72. Nantinya, diharapkan bukan hanya pesawat lokal, tapi pesawat internasional yang berbadan besar bisa langsung mendarat ke bandara ini. Sementara soal pengoperasian bandara dan maskapai yang akan membuka rute ke Bandara Marinda, Bambang belum bisa memastikan. "Diharapkan sekitar Agustus sudah ada maskapai regular yang membuka rutenya ke sini," tukasnya. Sedangkan Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional (INACA), Tengku Burhanuddin, menyambut positif segera beroperasinya kedua bandara di wilayah timur Indonesia tersebut. " Kedua bandara tersebut akan sangat mendukung konektivitas wilayah yang nantinya berkontribusi pada industri penerbangan dan pariwisata," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bandara Saumlaki beroperasi tahun depan
JAKARTA. Kementerian Perhubungan (Kemhub) menyatakan bandara udara (bandara) Saumlaki di Maluku Tenggara Barat akan segera beroperasi pada 2013. Bandara tersebut merupakan salah satu proyek pemerintah pusat untuk mengembangkan infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Kemhub menganggarkan Rp 30 miliar untuk membangun bandara yang memiliki konstruksi landasan pacu sepanjang 1.650 meter x 30 meter. Seluruh proyek dikerjakan PT Nindya Karya dengan alokasi dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui Kemhub yang dikucurkan setiap tahun. Dana tersebut dikucurkan pemerintahan dari periode tahun 2010 hingga 2012. "Tahun 2013 sudah mulai beroperasi, namun secara optimal baru di tahun 2014," ujar Ignatius Bambang Tjahjono, Direktur Kebandarudaraan Dirjen Perhubungan Udara, Kemhub, Jumat (25/5). Bambang bilang, untuk saat ini saja bandara tersebut sudah bisa didarati oleh jenis pesawat ATR-72. Pengerjaan bandara Saumlaki merupakan jenis proyek prioritas pemerintah yang keseluruhan dananya berasal dari pemerintah pusat. "Selain Saumlaki, ada Bandara Marinda Raja Ampat (Papua Barat), Bandara Muara Bungo (Jambi), Bandara Tual Baru (Maluku), Bandara Enggano (Bengkulu), Bandara Sumarorong Tahap II (Mamasa), Bandara Waghete Baru (Papua), Bandara Kamanap Baru (Papua) dan Bandara Pekonserai (Lampung Barat)," tegasnya. Sedangkan untuk Bandara Raja Ampat, sudah diresmikan pada awal Mei lalu oleh Bupati Raja Ampat dan Menteri Perhubungan, EE Mangindaan. Namun tetap akan terus disempurnakan hingga setahun ke depan. "Bandara ini belum selesai semua karena masih diperlukan penambahan runway. Pemkot, pemkab, dan berbagai pihak akan bekerja sama untuk menyempurnakannya," ujar Bambang. Landasan pacu Bandara Marinda sepanjang 1.200 meter akan diperpanjang lagi menjadi 2.000 meter sehingga ke depan bisa didarati oleh pesawat berbadan lebar. Saat ini baru bisa didarati pesawat ATR-42, DHC-7, dan Cassa 212, atau pesawat Hercules 130 dan ATR-72. Nantinya, diharapkan bukan hanya pesawat lokal, tapi pesawat internasional yang berbadan besar bisa langsung mendarat ke bandara ini. Sementara soal pengoperasian bandara dan maskapai yang akan membuka rute ke Bandara Marinda, Bambang belum bisa memastikan. "Diharapkan sekitar Agustus sudah ada maskapai regular yang membuka rutenya ke sini," tukasnya. Sedangkan Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional (INACA), Tengku Burhanuddin, menyambut positif segera beroperasinya kedua bandara di wilayah timur Indonesia tersebut. " Kedua bandara tersebut akan sangat mendukung konektivitas wilayah yang nantinya berkontribusi pada industri penerbangan dan pariwisata," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News