JAMBI. Pihak PT Angkasa Pura II, Pengelola Bandara Sultan Thaha, Jambi berpotensi kehilangan pemasukan sedikitnya Rp 37,5 juta per hari dari pendapatan pajak jasa bandara atau
airport tax. Hilangnya pemasukan ini menyusul pembatalan 16 penerbangan dari Jambi, kecuali Susi Air yang menerbangi ke Bungo dan Dabo, Lingga, Senin (13/10/2014). Jumlah tersebut bakal bertambah karena sejumlah maskapai, masih membatalkan penerbangan hingga tanggal 17 Okober mendatang akibat kabut asap. Dengan total 16 penerbangan (tidak termasuk Susi Air) dari Jambi, dan asumsi rasio terisi kursi penumpang (
load factor) 80%, jumlah penumpang terangkut per harinya dari Jambi ke semua tujuan sedikitnya 1.500 orang.
Berdasarkan perhitungan jika setiap hari 1.500 orang yang akan berangkat dikalikan jasa PSC (
Passenger Service Charge) atau yang kerap disebut masyarakat sebagai Airport Tax badara Sultan Thaha sebesar Rp Rp 25.000 per orang, maka perhari Bandara Sulthan Taha musti kehilangan Rp 37,5 juta per hari. Kerugian ini belum dari kehilangan potensi lainnya seperti pendapatan dari jasa parkir pesawat, dan jasa lainnya. Padahal PSC ini sendiri merupakan satu pemasukan utama pihak bandara guna biaya perawatan bandar udara, peningkatan fasilitas umum di bandar udara, dan biaya penambahan kualitas SDM pengelola bandar udara. Akibat kabut asap bukan hanya pihak bandara yang dirugikan. Maskapai yang tak bisa lagi mengangkut para penumpang dari Jambi ke daerah tujuan, juga ikut terimbas. Apalagi pekatnya kabuut asap tak kunjung mereda. Kondisi ini membuat sejumlah maskapai utama kemarin, seperti Garuda Indonesia, Citilink, LionAir dan Sriwijaya Air melayangkan surat pembatalan terbang ke Jambi ke Kemenhub RI, karena kabut asap. "(Maskapai) sudah mengirimkan surat resmi ke PT Angkasa Pura II Bandara Sultan Thaha membatalkan seluruh jadwal penerbangan dari dan ke Jambi," kata Kepala Puskom Publik Kemenhub JA Barata, Senin (13/10) kemarin. Informasi yang terhimpun, Citilink hanya kemarin membatalkan penerbangan. Hari ini, Selasa (14/10) tetap menjadwalkan terbang dua kali, yakni pukul 12.40 dan 18.05 ke Jakarta, dengan harga tiket 1.100.000. Namun kepastian penerbangan tetap menunggu jarak pandang aman. "Tunggu cuaca, tapi kita besok ada penerbangan," kata petugas loket Citilink di Bandra Sultan Thaha, Senin (13/10) kemarin. Sedangkan Garuda Indonesia baru besok berencana terbang lagi. Sedangkan Sriwijaya Air membatalkan penerbangan hingga 16 Oktober, dan LionAir hingga 17 Oktober. Pantauan di Bandara Sultan Thaha, terlihat penumpang berjejalan mengantre pengembalian tiket penerbangan di LionAior dan Sriwijaya Air. Mardanus, Station Manager LionAir Jambi saat dikonfirmasi tadi malam, tidak mengangkat telepon. Pesan pendek Tribun juga belum berbalas. Begitu juga Bayu, Station Manager Citilink Jambi juga belum bisa dikonfirmasi per telepon, tadi malam. Lukas, seorang penumpang tujuan Jakarta mengaku masih kebingungan setelah menerima pesan pendek pembatalan penerbangan dari maskapai. "Antara menunggu tanggal 15 (Oktober) atau ke Palembang," ujarnya. Sejak pembatalkan, banyak calon penumpang beralih terbang ke Jakarta dari Palembang, dengan menumpang travel dari Jambi. Kabut asap hingga kemarin masih menyelimuti Jambi, meski jarak pandang di Bandara Sultan Thaha sempat membaik hingga 2.500 meter. Namun tidak terpantau sekalipun pesawat ke Jambi mendarat. Padahal berdasarkan data BMKG Jambi, pukul 11.00 WIB, jarak pandang sudah masuk level aman, yakni 2.500 meter, dibanding sebelumnya pukul 06.00 hanya 900 meter.
Kepala Pelayanan Operasional Bandara Sultan Thaha Jambi, Parolan Simanjuntak mengatakan meskipun jarak pandang sudah mencukupi untuk dilakukannya pendaratan pesawat akan tetapi menurutnya belum ada pesawat yang mendarat di Bandara Sultan Thaha. "Ini kondisinya sekarang memang memadai, tapi pihak airlines belum ada yang mendarat karena sebagian besar mereka sudah cancelled penerbangan," sebutnya. Bandara Sultan Thaha, Jambi seharinya melayani sebanyak 1.500 penumpang, ditanya kerugian yang dialami pihak bandara terkait kabut asap yang merupakan bencana tahunan ini, Simanjuntak enggan menyebutkan, meskipun begitu menurutnya kerugian lebih kepada waktu dan pelayanan bukan materi. Simanjuntak juga meminta kepada Pemerintah Provinsi Jambi untuk bisa mengatasi kabut asap yang terjadi di Jambi ini, satu diantara solusinya yakni dilakukannya hujan buatan Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa