JAKARTA. Persaingan industri bandeng presto kian ketat. Pelaku harus pintar-pintar mengemas produknya agar dilirik konsumen. Selain itu, harus pintar juga memasarkannya.Sejak dulu, ikan bandeng banyak disukai untuk dikonsumsi lantaran rasa dagingnya yang lezat. Selain itu, ikan bandeng punya nilai jual yang tinggi. Tak heran, banyak industri pengolahan ikan yang melirik bandeng sebagai komoditas utamanya. Salah satu industri pengolahan bandeng yang subur berkembang adalah industri bandeng presto. Yaitu industri pengolahan bandeng dengan duri lunak. Industri ini memang sudah lama ada. Bahkan jumlah pemainnya kian menjamur saban hari. Yang tak kalah seru, para pemasar bandeng presto ini juga memiliki perkumpulan tersendiri. Salah satunya yakni Koperasi Tekad Maju Bersama (KTMB). Para anggota yang tergabung dalam KTMB mempunyai cara yang unik agar produk bandeng presto koperasi tersebut dilirik konsumen. Salah satunya adalah dengan memasarkan bandeng presto ukuran mini dengan merek Sakana dan Peter. Cara tersebut ternyata ampuh menjaring konsumen. Saat ini, sudah ada 12 jaringan ritel modern Carrefour di Jakarta yang bersedia memasarkan produk Sakana besutan KTMB tersebut. Tak ayal, bulir-bulir laba pun mengalir ke kantong koperasi dan anggotanya. Awalnya, KTMB yang berdiri sejak tahun 1999 dengan ketua Ibu Susana Niek Soetomo tersebut mulai memasarkan produk bandeng presto pada tahun 2001. Sebelumnya, KTMB terkenal sebagai pemasar perhiasan dan aksesoris dari logam mulia. Keberhasilan Sakana menembus pasar modern dimulai tahun 2001. Pada waktu itu, Carrefour sebagai peritel besar sedang giat memperluas jaringan kerjasama dengan pemasok. Maka tanpa kesulitan, masuklah produk bandeng presto KTMB ke Carrefour. "Waktu itu masuknya tidak harus bayar konter. Kalau sekarang harus bayar Rp 3 juta per bulan," kenang Ibu Supono Haryadi, Bendaharawan KTMB. Selain itu, Carrefour juga mempermudah KTMB dengan cara membeli putus produk bandeng presto KTMB. Sehingga baik dari petani bandeng sampai anggota KTMB tidak merasa dirugikan. "Kami suka cara pembayaran yang ada di Carrefour dibanding ritel modern lainnya. Sistemnya, kita antar barang. Dua minggu kemudian dibayar semua. Baik laku atau tidak laku," lanjut Ibu Supono. Dari pembuat bandeng presto, KTMB membeli satu bungkus bandeng presto dengan harga Rp 8 ribu. Satu bungkus bandeng presto dengan berat seperempat kilo berisi dua bandeng ukuran mini dengan berat masing-masing 125 gram. Lantas, dari KTMB menjual kepada Carrefour dengan harga Rp 10 ribu per bungkus. Harga tersebut dijual Carrefour kepada konsumen dengan harga Rp 14 ribuan per bungkus. Atau naik 30% dari harga KTMB. Saban hari, KTMB bisa memasok sekitar 15 bungkus bandeng presto dengan merek Sakana. Sedang pada hari-hari libur atau pada hari besar keagamaan, KTMB bisa memasok 50 bungkus bandeng presto sehari.Menurut Ibu Supono, pesaing Sakana di Carrefour pada umumnya adalah bandeng presto berukuran besar, satu kiloan ke atas. Sehingga harganya mahal. "Sementara kita masuk dengan ukuran kecil dengan harga yang terjangkau. Buat catering juga manis, untuk sajian di piring juga bagus," beber Ibu Supono. Selain itu, rasa bandeng presto Sakana sangat gurih dan bebas bau lumpur. Sehingga banyak yang menggemarinya. "Pernah Sakana ditaruh di pojok oleh pramuniaga Carrefour. Dekat dengan bandeng presto ukuran besar. Sehingga tidak terlihat. Akibatnya, beberapa hari penjualan Sakana seret. Saya langsung protes dan minta Sakana dipindah di depan," ujar Ibu Supono.Menurut Ibu Supono, banjir merupakan musuh utama industri pengolahan bandeng presto ini. Pasalnya, banjir bisa membuat pasokan bahan baku bandeng yang didatangkan dari petani bandeng di Gresik dan Semarang bisa terhambat. Bisa juga, bandeng mini yang dibeli dari petani langka gara-gara banjir. Karena langka, harganya jadi terdongkrak sehingga menggerus margin laba KTMB. "Dalam sehari, pabrik pengolahan bandeng kami di Jakarta bisa memasok kira-kira 100 bungkus bandeng presto sehari. Atau setara dengan 200 ekor bandeng," lanjut Ibu Supono.Selain memasok untuk Carrefour, bandeng presto besutan KTMB ini juga rajin dipasarkan dalam pameran-pameran UKM dan industri dengan merek Peter. Biasanya, selama tiga hari pameran KTMB bisa menjual 50 bungkus Peter. Keberhasilan merek Peter dan Sakana sendiri tidak lepas dari usaha para pengurus KTMB agar selalu mendapat tempat di pameran. "Kalau Peter kita jual di harga Rp 12,5 ribuan. Karena kan tidak kena pajak apa-apa layaknya di ritel modern," terang Ibu Supono.Hasilnya, banyak sekali tawaran kerjasama untuk memasarkan kedua merek bandeng presto unik tersebut. Pihak KTMB pun tidak menampik kesempatan tersebut. "Kita pengen sekali memasarkan Sakana sampai ke Carrefour Jawa Tengah, Jogja, Jawa Timur dan luar Jawa," ujar Ibu Supono. Sayang, niatan tersebut harus terbentur pada kapasitas pabrik pengolahan. Karena pabrik pengolahan baru di Jakarta saja. Lalu, KTMB juga terbentur masalah tenaga kerja dan ongkos transportasi. "Bisa-bisa, biaya produksi malah membengkak," imbuh Ibu Supono seraya menambahkan bahwa dalam waktu dekat, Sakana bakal masuk juga ke gerai-gerai Alfa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Bandeng Presto, Lebih Mini Lebih Disukai
Oleh: Aprillia Ika
Minggu, 07 Desember 2008 11:09 WIB