Banding-banding Bunga Paylater dan Kartu Kredit, Mana yang Lebih Menarik?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penggunaan paylater di Indonesia memang menunjukkan adanya peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Namun, bunga tinggi paylater sejatinya masih menjadi momok bagi penggunanya.

Berkaca pada riset Kredivo bersama Katadata Insight Center, 63% konsumen yang menggunakan paylater dikenakan bunga di atas 2%. Menariknya, 28% konsumen mengaku mendapatkan bunga di atas 4%.

Sementara itu, untuk menghindari bunga yang tinggi, beberapa nasabah pun lebih memilih tenor pinjaman jangka pendek. Dari riset yang sama, 22% konsumen memilih lama cicilan 3 bulan ketika menggunakan paylater di 2022, naik dari 19% pada tahun lalu.


“Karena beberapa pemain PayLater menawarkan bunga rendah untuk cicilan 3 bulan,” tulis riset tersebut dikutip KONTAN, Selasa (7/6).

Baca Juga: Lihat Peluang Besar Ekonomi Digital, Traveloka Pelopori PayLater

Pemain paylater, Akulaku, pun menyebutkan bahwa bunga yang dikenakan kepada nasabah mulai dari 0% hingga 3%, tergantung program cicilan yang diambil. Sementara, Maupaylater menerapkan bunga dan biaya sekitar 4% per bulan, jika ada transaksi.

Meskipun dikenal tinggi, Presiden Direktur Akulaku Efrinal Sinaga pun mengatakan bahwa selama ini bunga tersebut tidak terlalu mempengaruhi minat pengguna. Menurutnya, selama angsuran per bulan dapat terpenuhi, nasabah tetap memakai paylater.

“Kalau penghasilan bulanannya Rp 4 juta dan angsuran per bulan hanya Rp 350.000 ya ringan dong,” ujarnya.

Hal tersebut pun terbukti dengan pembiayaan bulanan yang rata-rata per bulannya naik sekitar 25% dari tahun lalu. Saat ini, rata-rata pembiayaan di Akulaku per bulannya bisa menyentuh Rp 1 triliun.

“Pengguna pun saat ini sudah lebih dari 7 juta, meningkat  lebih 20%,” imbuhnya.

Sejatinya, berutang dengan bunga rendah bisa didapatkan jika menggunakan kartu kredit dengan rata-rata di bawah 2%. Meskipun, untuk bisa memiliki kartu kredit tidak semudah ketika mendaftar paylater.

Baca Juga: Transaksi Paylater Kian Meningkat

Contohnya, kartu kredit BRI yang memiliki bunga 1,75%. Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto pun bilang bahwa segmentasi pasar dari kartu kredit BRI ini diarahkan bagi pengguna yang berbelanja di merchant offline.

Pun, di tengah peningkatan transaksi paylater, volume transaksi kartu kredit BRI pun masih bisa meningkat 8% secara yoy pada April 2022. Sayangnya, Aes enggan menyebut jumlah nilai transaksinya.

“Peningkatan volume transaksi tersebut berasal dari transaksi groceries, fashion, healthcare dan gadget & electronic,” ujar Aes.

Meskipun sudah ada kartu kredit, Aes pun menyebut ada transformasi digital yang tengah dilakukan oleh BRI dengan salah satu produknya yaitu pinjaman digital bernama Ceria dengan bunga yang ditawarkan sebesar 1,42%.

Memang, sekilas produk Ceria seperti produk paylater pada biasanya seperti bisa untuk berbelanja online di beberapa e-commerce. Meskipun demikian, jika dilihat dari laman resminya, cara pengajuan pinjamannya tak semudah paylater pada umumnya.

Perencana Keuangan Eko Endarto pun mengungkapkan bahwa untuk meminjam di kartu kredit maupun pay later tidak memiliki beda yang signifikan, hanya salah satu perbedaannya ada di bunga.

“Aturan bunga lebih ketat karena bisnis perbankan sudah lebih stabil dibandingkan fintech,” ujarnya.

Selanjutnya, Eko pun menyebutkan bahwa penggunaan antara kartu kredit atau paylater lebih difokuskan pada kebutuhan dan kemampuannya saja. Mengingat kartu kredit pun tak bisa dimiliki oleh banyak orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari