JAKARTA. Tak hanya Jambi, daerah yang terancam kekurangan pasokan gula adalah Bangka Belitung. Pasalnya, kapal pengangkut gula impor terkendala masuk ke pelabuhan Tanjung Pinang, Bangka Belitung karena faktor cuaca. Direktur Utama PT. PPI, Heinrych Napitupulu menjelaskan, di Tanjung Pinang, kapal yang membawa 2.500 ton gula impor terpaksa harus menunggu selama 18 hari agar bisa bersandar karena air laut yang dangkal. "Akibatnya, pemilik kapal menderita kerugian dan akhirnya tidak mau membawa sisa kuota impor sebanyak 2.500 ton lagi ke lokasi yang sama," ujar Heinrych, Selasa (2/3). Sedangkan untuk daerah lainnya Heinrych mengaku hanya mengalami masalah daya angkut dari kapal pembawa gula. Sehingga beberapa daerah harus rela mendapatkan alokasi impor di bawah yang sudah ditentukan dari awal. Misalkan Makassar, dari alokasi kuota impor sebanyak 6.600 ton, hanya kebagian 6.000 ton saja karena muatan kapal pengangkut hanya menyanggupi sebesar itu saja. Begitu juga dengan Bitung yang mendapatkan alokasi 3.000 ton tetapi kapalnya hanya bisa membawa 2.500 ton. Demikian pula Jakarta dari 20.000 ton hanya dapat diangkut sebanyak 18.500 ton. ”Secara keseluruhan kita sudah mengangkut sebanyak 53.000 ton dari alokasi 85.500 ton,” jelas Heinrych. Sementera itu Sekretaris Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Gunaryo mengaku akan segera mempelajari laporan dari PT.PPI terkait tidak bisa membawa gula ke Jambi tersebut. Menurutnya, kebijakan mengatasi masalah itu ada ditangan Menteri Perdagangan. ”Nanti saya sampaikan masalah ini,” jelas Gunaryo. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bangka Belitung Terancam Kurang Pasokan Gula
JAKARTA. Tak hanya Jambi, daerah yang terancam kekurangan pasokan gula adalah Bangka Belitung. Pasalnya, kapal pengangkut gula impor terkendala masuk ke pelabuhan Tanjung Pinang, Bangka Belitung karena faktor cuaca. Direktur Utama PT. PPI, Heinrych Napitupulu menjelaskan, di Tanjung Pinang, kapal yang membawa 2.500 ton gula impor terpaksa harus menunggu selama 18 hari agar bisa bersandar karena air laut yang dangkal. "Akibatnya, pemilik kapal menderita kerugian dan akhirnya tidak mau membawa sisa kuota impor sebanyak 2.500 ton lagi ke lokasi yang sama," ujar Heinrych, Selasa (2/3). Sedangkan untuk daerah lainnya Heinrych mengaku hanya mengalami masalah daya angkut dari kapal pembawa gula. Sehingga beberapa daerah harus rela mendapatkan alokasi impor di bawah yang sudah ditentukan dari awal. Misalkan Makassar, dari alokasi kuota impor sebanyak 6.600 ton, hanya kebagian 6.000 ton saja karena muatan kapal pengangkut hanya menyanggupi sebesar itu saja. Begitu juga dengan Bitung yang mendapatkan alokasi 3.000 ton tetapi kapalnya hanya bisa membawa 2.500 ton. Demikian pula Jakarta dari 20.000 ton hanya dapat diangkut sebanyak 18.500 ton. ”Secara keseluruhan kita sudah mengangkut sebanyak 53.000 ton dari alokasi 85.500 ton,” jelas Heinrych. Sementera itu Sekretaris Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Gunaryo mengaku akan segera mempelajari laporan dari PT.PPI terkait tidak bisa membawa gula ke Jambi tersebut. Menurutnya, kebijakan mengatasi masalah itu ada ditangan Menteri Perdagangan. ”Nanti saya sampaikan masalah ini,” jelas Gunaryo. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News