JAKARTA. Tahun ini, PT Perkebunan Nusantara III (persero) berencana mengembangkan pabrik pengolahan kayu dari batang pohon kelapa sawit di Sungai Dadap, Kisaran, Sumatera Utara dengan nilai investasi mencapai Rp 20 miliar. Rencananya, pabrik ini akan dikembangkan untuk pembuburan kayu dan pencetakan.Direktur Perencanaan dan Pengambangan PTPN III Chairul Muluk menyatakan, PTPN III berniat untuk memberikan nilai tambah pohon kelapa sawit. Soalnya selama ini batang pohon kelapa sawit yang dipanen hanya dibuang dan digeletakkan begitu saja. Kayu kelapa sawit juga sangat mudah diserang jamur dan rayap karena tingginya kandungan gula dan pati.Berdasarkan perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia sejak 1985, tak kurang dari 16 meter kubik batang kelapa sawit perlu diremajakan mulai tahun 2010. Ini merupakan jumlah biomasa yang sangat tinggi jika tidak dimanfaatkan. Jika diolah, batang sawit itu memiliki nilai ekonomi sebagai bahan bangunan. "Biasanya digunakan untuk furnitur, atap maupun mebel. Di Belanda dipakai untuk pagar karena lebih tahan terhadap cuaca, jadi selain ramah lingkungan, kayu ini juga punya kelebihan lain yang tidak dipunyai kayu lain," kata Chairul.Dalam pengolahannya, kayu sawit diberi campuran seperti venil atau plastik, pigmen pewarna dan zat kimia lain agar kayu menjadi lebih awet. Dengan demikian, kayu cukup tahan banting untuk digunakan sebagai penahan gelombang air laut.Konsumen juga bisa memesan kayu sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Kemudahan ini akan didapatkan oleh konsumen lantaran kayu ini merupakan kayu cetakan. Harga jualnya pun cukup menggiurkan, yaitu US$ 1.800 per meter kubik.Rencananya, batang pohon sawit yang diolah adalah milik PTPN III. Namun, Chairul mentargetkan batang-batang pohon sawit dari seluruh PTPN dan maupun swasta bisa diolah di pabrik pengolahan milik PTPN III. Saat ini mesin untuk pabrikasi sedang dalam pengiriman ke PTPN III. Untuk pembuburan kayu, diusung dari China dan Jepang. Sementara itu, untuk mesin pencetakan diangkut dari Shenzhen."PTPN III sudah mengadakan perjanjian eksklusif dengan Jepang sebagai penyedia mesin; pengembangan dilakukan di PTPN III dulu, nantinya kami harapkan bisa semua (PTPN)," jelas Chairul. Meski pabrik belum beroperasi, Chairul mengklaim perusahaan properti sudah mulai memesan kayu kelapa sawit ini. Menurut Komsiaris Utama PTPN III Achmad Mangga Barani, pabrik pengolahan kayu ini sesungguhnya bukan pabrik anyar. Pasalnya, selama ini PTPN III berkongsi dengan BUMN China, perusahaan swasta asal Hong Kong dan perusahaan swasta asal Surabaya dengan mendirikan pabrik pengolahan kayu kelapa sawit di Hong Kong. Nah, pabrik yang bakal didirikan di Sumatera Utara ini merupakan usungan dari pabrik yang di Hong Kong. "PTPN III ambil 100%, saat ini porsi saham kami masih 40%," kata Mangga. Selama ini, porsi kepemilikan pabrik pengolahan kayu sawit itu saat ini adalah PTPN III 40%, BUMN China 20%, perusahaan swasta Hong Kong 20% dan perusahaan swasta asal Surabaya 20%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bangun Pabrik Pengolahan Kayu Sawit, PTPN III Benamkan Rp 20 M
JAKARTA. Tahun ini, PT Perkebunan Nusantara III (persero) berencana mengembangkan pabrik pengolahan kayu dari batang pohon kelapa sawit di Sungai Dadap, Kisaran, Sumatera Utara dengan nilai investasi mencapai Rp 20 miliar. Rencananya, pabrik ini akan dikembangkan untuk pembuburan kayu dan pencetakan.Direktur Perencanaan dan Pengambangan PTPN III Chairul Muluk menyatakan, PTPN III berniat untuk memberikan nilai tambah pohon kelapa sawit. Soalnya selama ini batang pohon kelapa sawit yang dipanen hanya dibuang dan digeletakkan begitu saja. Kayu kelapa sawit juga sangat mudah diserang jamur dan rayap karena tingginya kandungan gula dan pati.Berdasarkan perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia sejak 1985, tak kurang dari 16 meter kubik batang kelapa sawit perlu diremajakan mulai tahun 2010. Ini merupakan jumlah biomasa yang sangat tinggi jika tidak dimanfaatkan. Jika diolah, batang sawit itu memiliki nilai ekonomi sebagai bahan bangunan. "Biasanya digunakan untuk furnitur, atap maupun mebel. Di Belanda dipakai untuk pagar karena lebih tahan terhadap cuaca, jadi selain ramah lingkungan, kayu ini juga punya kelebihan lain yang tidak dipunyai kayu lain," kata Chairul.Dalam pengolahannya, kayu sawit diberi campuran seperti venil atau plastik, pigmen pewarna dan zat kimia lain agar kayu menjadi lebih awet. Dengan demikian, kayu cukup tahan banting untuk digunakan sebagai penahan gelombang air laut.Konsumen juga bisa memesan kayu sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Kemudahan ini akan didapatkan oleh konsumen lantaran kayu ini merupakan kayu cetakan. Harga jualnya pun cukup menggiurkan, yaitu US$ 1.800 per meter kubik.Rencananya, batang pohon sawit yang diolah adalah milik PTPN III. Namun, Chairul mentargetkan batang-batang pohon sawit dari seluruh PTPN dan maupun swasta bisa diolah di pabrik pengolahan milik PTPN III. Saat ini mesin untuk pabrikasi sedang dalam pengiriman ke PTPN III. Untuk pembuburan kayu, diusung dari China dan Jepang. Sementara itu, untuk mesin pencetakan diangkut dari Shenzhen."PTPN III sudah mengadakan perjanjian eksklusif dengan Jepang sebagai penyedia mesin; pengembangan dilakukan di PTPN III dulu, nantinya kami harapkan bisa semua (PTPN)," jelas Chairul. Meski pabrik belum beroperasi, Chairul mengklaim perusahaan properti sudah mulai memesan kayu kelapa sawit ini. Menurut Komsiaris Utama PTPN III Achmad Mangga Barani, pabrik pengolahan kayu ini sesungguhnya bukan pabrik anyar. Pasalnya, selama ini PTPN III berkongsi dengan BUMN China, perusahaan swasta asal Hong Kong dan perusahaan swasta asal Surabaya dengan mendirikan pabrik pengolahan kayu kelapa sawit di Hong Kong. Nah, pabrik yang bakal didirikan di Sumatera Utara ini merupakan usungan dari pabrik yang di Hong Kong. "PTPN III ambil 100%, saat ini porsi saham kami masih 40%," kata Mangga. Selama ini, porsi kepemilikan pabrik pengolahan kayu sawit itu saat ini adalah PTPN III 40%, BUMN China 20%, perusahaan swasta Hong Kong 20% dan perusahaan swasta asal Surabaya 20%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News