Bangun pabrik terigu di Indonesia, Turki tampik karena hindari BMAD



JAKARTA. Industri pengolahan terigu bakal tambah semarak dengan berdirinya perusahaan gabungan Turki dan Indonesia yakni PT Golden Grand Mills (PT G2M). Sunardi Theophilus, Managing Director PT G2M, mengatakan, potensi bisnis pabrik pengolahan terigu cukup menjanjikan melihat makin banyak makanan berbahan terigu yang beredar di pasaran. Konsumsi tepung terigu di Indonesia naik 8%-10% tiap tahun. Hal ini membuat investor Turki tertarik untuk menanamkan modal. Sebagai gambaran pada 2010 kebutuhan terigu mencapai 4,3 juta ton, sedangkan 2011, diprediksi meningkat menjadi 4,75 juta ton. PT G2M yang mulai beroperasi pada awal Oktober ini memiliki kapasitas produksi hingga 216.000 metrik ton per tahun, atau rata-rata 600 ton per bulan. Investasi yang digelontorkan untuk membangun pabrik ini sebesar US$ 20 juta, dengan presentasi modal 30% dari Indonesia dan 70% dari Turki. Dengan kemampuan produksi yang dihasilkan, PT G2M menargetkan bisa menggenggam 5%-10% pasar tepung terigu nasional. "Setelah PT Bogasari mendominasi produksi sebesar 57%, ditambah lagi dengan impor sebesar 15%, sehingga sisanya diperebutkan oleh 14 perusahaan yang lain," kata Sunardi. Selama setahun pertama, PT G2M hanya fokus pada penjualan di pasaran lokal. "Setelah itu kita juga akan mulai mengekspor ke wilayah Asia Tenggara," jelas Sunardi. Terkait dengan permasalahan penerapan bea masuk antidumping untuk impor tepung terigu, investor Turki ini juga bilang, "Jika produksi sudah mencukupi kita baru akan memikirkannya," tutur Selcuk Araboglu, General Manager PT G2M. Pendirian pabrik ini disebut-sebut terkait pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap terigu asal Turki. Dengan pendirian pabrik di sini, Turki tak harus membayar BMAD lagi. Meski, manajemen menampik hal itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini