JAKARTA. PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) ingin memuluskan pembangunan smelternya tahun ini. Oleh karena itu DKFT pun mengambil pinjaman Sight Letter of Credit (LC) dengan nilai US$ 25 juta atau setara Rp 332,5 miliar. “DKFT memperoleh pinjaman tersebut pada 25 Juni dari PT Bank Panin Tbk (PNBN),” kata Direktur DKFT Feni Silviani Budiman, dalam keterbukaan informasi, Senin, (29/6). Pinjaman tersebut diberikan kepada anak usaha DKFT yakni PT COR Industri Indonesia (CORII). Ini merupakan perusahaan patungan dimana DKFT memeluk 60% kepemilikan dan PT Macrolink Nickel Development memegang 40%. Rencananya, pinjaman tersebut akan digunakan untuk pemebelian barang dan jasa pada pembangun ansmelter Nickel Pig Iron (NPI) di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Smelter NPI ini akan memiliki kapasitas 300.000 ton per tahun dengan kadar nikel minimum 9%. Namun, pembangunannya dilakukan dalam 3 tahap dengan kapasitas tiap tahap 100.000 ton per tahun. Investasi smelter NPI ini adalah sebesar Rp 5,5 triliun yang dikeluarkan secara bertahap. Nah, tahap I memerlukan investasi Rp 2 triliun, tahap II membutuhkan Rp 2 triliun, dan tahap III memakan Rp 1,5 triliun. DKFT menargetkan, smelter tahap I dapat berproduksi di semester kedua tahun depan. Lalu di tahun depan, smelter tahap II dan III akan dilangsungkan bersamaan. Sehingga seluruh pembangunannya bisa rampung di akhir 2017. Sebenarnya DKFT telah berangan dapat membangun smelter ini sejak 2013 sehingga dapat rampung pada 2015. Namun prosesnya molor karena hambatan infrastruktur. Sekedar informasi, emiten pertambangan ini sama sekali tak membukukan penjualan sejak tahun lalu. Pada kuartal pertama 2015, DKFT menelan kerugian Rp 4,41 miliar. Angka kerugian tersebut telah menurun dari Rp 28,78 miliar di periode yang sama tahun lalu. Saham DKFT bertahan di Rp 397. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bangun smelter, DKFT dapat pinjaman US$ 25 juta
JAKARTA. PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) ingin memuluskan pembangunan smelternya tahun ini. Oleh karena itu DKFT pun mengambil pinjaman Sight Letter of Credit (LC) dengan nilai US$ 25 juta atau setara Rp 332,5 miliar. “DKFT memperoleh pinjaman tersebut pada 25 Juni dari PT Bank Panin Tbk (PNBN),” kata Direktur DKFT Feni Silviani Budiman, dalam keterbukaan informasi, Senin, (29/6). Pinjaman tersebut diberikan kepada anak usaha DKFT yakni PT COR Industri Indonesia (CORII). Ini merupakan perusahaan patungan dimana DKFT memeluk 60% kepemilikan dan PT Macrolink Nickel Development memegang 40%. Rencananya, pinjaman tersebut akan digunakan untuk pemebelian barang dan jasa pada pembangun ansmelter Nickel Pig Iron (NPI) di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Smelter NPI ini akan memiliki kapasitas 300.000 ton per tahun dengan kadar nikel minimum 9%. Namun, pembangunannya dilakukan dalam 3 tahap dengan kapasitas tiap tahap 100.000 ton per tahun. Investasi smelter NPI ini adalah sebesar Rp 5,5 triliun yang dikeluarkan secara bertahap. Nah, tahap I memerlukan investasi Rp 2 triliun, tahap II membutuhkan Rp 2 triliun, dan tahap III memakan Rp 1,5 triliun. DKFT menargetkan, smelter tahap I dapat berproduksi di semester kedua tahun depan. Lalu di tahun depan, smelter tahap II dan III akan dilangsungkan bersamaan. Sehingga seluruh pembangunannya bisa rampung di akhir 2017. Sebenarnya DKFT telah berangan dapat membangun smelter ini sejak 2013 sehingga dapat rampung pada 2015. Namun prosesnya molor karena hambatan infrastruktur. Sekedar informasi, emiten pertambangan ini sama sekali tak membukukan penjualan sejak tahun lalu. Pada kuartal pertama 2015, DKFT menelan kerugian Rp 4,41 miliar. Angka kerugian tersebut telah menurun dari Rp 28,78 miliar di periode yang sama tahun lalu. Saham DKFT bertahan di Rp 397. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News