Bangun smelter, Harvest sudah keluar US$ 390 juta



JAKARTA. PT Well Harvest Winning Alumina Refinery tengah menggenjot proyek pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) alumina berkapasitas 1 juta ton per tahun di Ketapang, Kalimantan Barat. Hingga Mei 2015, konstruksi pabrik mencapai 48% dan ditargetkan bisa beroperasi pada awal 2016 mendatang. Erry Sofyan, Direktur Well Harvest Winning Alumina Refinery mengatakan, tahapan engineering procurement and construction (EPC) masih berjalan sesuai dengan rencana.

"Investasi yang sudah kami bayar ke kontraktor untuk pelaksanaan konstruksi sebesar US$ 390 juta sampai sekarang ini," kata dia usai mengikuti seminar perkembangan industri bauksit Indonesia di Jakarta, Senin (25/5). Well Harvest merupakan perusahaan patungan dengan komposisi pemegang saham China Hongqiao Group Limited sebesar 55%, PT Cita Mineral Investindo Tbk sebanyak 30%, Winning Investment (HK) mencapai 10%, serta Shandong Weiqiao Alumunium Electricity Co Ltd sebesar 5%. Proyek pembangunan smelter telah dimulai pada Juli 2013 silam. Untuk jangka panjang, Well Harvest berencana membangun smelter alumina berkapasitas total 4 juta ton per tahun. Adapun investasi total megaproyek tersebut mencapai US$ 2,1 juta ton yang ditargetkan rampung pada 2022 mendatang. Nah, untuk smelter tahap I berkapasitas 1 juta ton investasi yang dikeluarkan perusahaan akan mencapai US$ 600 juta. "Kegiatan konstruksi berupa pelabuhan dan fasilitas pabrik progresnya sudah 48%, kami harapkan bisa beroperasi pada awal 2016 mendatang," ujar Erry. Larangan ekspor Well Harvest berharap pemerintah memberikan insentif mengingat besarnya investasi yang mesti dikeluarkan perusahaan. Erry bilang, pihaknya masih mengupayakan permohonan pembukaan ekspor bauksit dibuka pemerintah, serta kepastian pemberian fasilitas tax holiday dan tax allowance. "Kami mengharapkan ekspor bauksit kembali dibuka agar memberikan pendapatan untuk menambah investasi kami di smelter, kami juga sedang mengajukan fasilitas tax holiday selama 10 tahun," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan