KONTAN.CO.ID - Tak ada yang meragukan kemampuan China dalam membangun. Bendungan terbesar di dunia ada di sana. Jaringan kereta cepat terpanjang? China. Ladang angin terbesar? China. Pembangkit listrik tenaga surya terbesar? Awalnya disangka Argentina, tapi ternyata juga China. Bahkan untuk bangunan kuno terbesar pun, China tak kalah. Di balik agresivitas pembangunan itu, China juga gencar “membangun” alamnya. Terinspirasi dari proyek-proyek raksasa tersebut, pada 1978 China meluncurkan proyek Three-North Shelterbelt, atau yang lebih dikenal sebagai “Tembok Hijau Raksasa”. Tujuannya sederhana namun ambisius: menahan erosi tanah dan mengurangi badai pasir di wilayah utara. Media pemerintah menyebut proyek ini resmi rampung tahun lalu. Melansir Popular Mechanics yang mengutip Reuters, China telah menanam hutan seluas sekitar 116.000 mil persegi. Alhasil, tutupan hutan nasional melonjak dari hanya 10% pada 1949 menjadi sekitar 25% pada 2024. Namun, studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Earth’s Future menunjukkan bahwa penambahan pohon dalam skala masif ini membawa dampak tak terduga terhadap distribusi air di China.
Bangun Tembok Hijau Raksasa, China Malah Picu Masalah Air Baru
KONTAN.CO.ID - Tak ada yang meragukan kemampuan China dalam membangun. Bendungan terbesar di dunia ada di sana. Jaringan kereta cepat terpanjang? China. Ladang angin terbesar? China. Pembangkit listrik tenaga surya terbesar? Awalnya disangka Argentina, tapi ternyata juga China. Bahkan untuk bangunan kuno terbesar pun, China tak kalah. Di balik agresivitas pembangunan itu, China juga gencar “membangun” alamnya. Terinspirasi dari proyek-proyek raksasa tersebut, pada 1978 China meluncurkan proyek Three-North Shelterbelt, atau yang lebih dikenal sebagai “Tembok Hijau Raksasa”. Tujuannya sederhana namun ambisius: menahan erosi tanah dan mengurangi badai pasir di wilayah utara. Media pemerintah menyebut proyek ini resmi rampung tahun lalu. Melansir Popular Mechanics yang mengutip Reuters, China telah menanam hutan seluas sekitar 116.000 mil persegi. Alhasil, tutupan hutan nasional melonjak dari hanya 10% pada 1949 menjadi sekitar 25% pada 2024. Namun, studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Earth’s Future menunjukkan bahwa penambahan pohon dalam skala masif ini membawa dampak tak terduga terhadap distribusi air di China.