JAKARTA. PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) menggandeng Jordan Phospate Mine Company (JPMC) untuk membangun tiga pabrik pupuk NPK. Ketiga pabrik pupuk tersebut bakal berlokasi di Gresik, Bontang (Kalimantan Timur) dan Tanjung Api-Api (Sumatera Selatan) dengan kapasitas produksi masing-masing sebesar 1 juta ton. "Bentuk kerjasamanya dalam bentuk join venture, sharenya masing-masing 50% dan 50%," kata Menteri BUMN, Mustafa Abubakar.Untuk membangun satu pabrik, butuh dana investasi sebesar US$ 300 juta. Dengan demikian, untuk membangun ketiga pabrik tersebut dibutuhkan dana sebesar US$ 900 juta. Sementara untuk porsi pendanaan sebesar 30% atau sekitar US$ 270 juta berasal dari dana internal dan sisanya sebesar 70% mengandalkan pinjaman.Menurut Mustafa, kerjasama ini akan menjadikan Pusri sebagai produsen pupuk terbesar di Asia dan mencukupi kebutuhan nasional. "Produksi dari pabrik akan kita utamakan untuk memenuhi permintaan lokal. Tapi ketika ada kesempatan, kita akan mengekspor NPK ke beberapa negara seperti Filipina, Malaysia dan Vietnam," jelas Mustafa.Dari ketiga pabrik tersebut, pabrik yang akan dibangun terlebih dahulu adalah Gresik yang akan dimulai pada akhir pekan ini. Kemudian menyusul pabrik NPK di Bontang pada 2012 dan selesai pada 2014. Pabrik yang terakhir adalah pabrik NPK di Tanjung Api-Api, Sumatera Selatan pada 2013 hingga 2015.JPMC merupakan pabrik asal Yordania yang bergerak dalam bidang usaha produksi dan ekspor batuan fosfat. Bagi JPMC, Kerja sama ini akan memperluas pasar ekspor fosfat bagi mereka. "Kita melakukan join venture dengan Indonesia karena nyaman dan percaya. Indonesia merupakan potensial market dan kita mencari partner yang baik," tandas Walid Kurdi, CEO JPMC.Menambah pasokan nasionalSaat ini, produksi NPK nasional hanya sebesar 2,2 juta ton. Nah, dengan adanya tambahan 3 juta ton tersebut, maka produksi NPK nasional diperkirakan mampu mencapai 5,2 juta ton pada tahun 2015. "Pabrik NPK itu untuk menambah produksi NPK nasional. Ketiga pabrik itu akan menghasilkan 3 juta ton NPK," kata Direktur Utama Pusri, Arifin Tasrif, di Jakarta, Rabu (3/11).Berdasarkan data dari Kementrian Pertanian, hingga 2025 produksi NPK akan meningkat hingga 8 juta ton. Trend kenaikan konsumsi NPK ini karena adanya pergeseran penggunaan pupuk dari anorganik menjadi organik.Selama ini produksi NPK masih sedikit karena terhambat dengan pasokan bahan baku berupa Asam Fosfat dan Asam Sulfat. Dengan menggandeng Jordan, Arifin yakin, tidak akan ada kendala dengan bahan baku. Pasalnya, JPMC bersedia untuk memberikan pasokan asam fosfat dan asam sulfat selama 20 tahun. Masing-masing pabrik akan mendapatkan pasokan asam fosfat sebesar 200.000 metrik ton dan asam sulfat sebesar 800.000 metrik ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bangun tiga pabrik pupuk NPK, Pusri gandeng Yordania
JAKARTA. PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) menggandeng Jordan Phospate Mine Company (JPMC) untuk membangun tiga pabrik pupuk NPK. Ketiga pabrik pupuk tersebut bakal berlokasi di Gresik, Bontang (Kalimantan Timur) dan Tanjung Api-Api (Sumatera Selatan) dengan kapasitas produksi masing-masing sebesar 1 juta ton. "Bentuk kerjasamanya dalam bentuk join venture, sharenya masing-masing 50% dan 50%," kata Menteri BUMN, Mustafa Abubakar.Untuk membangun satu pabrik, butuh dana investasi sebesar US$ 300 juta. Dengan demikian, untuk membangun ketiga pabrik tersebut dibutuhkan dana sebesar US$ 900 juta. Sementara untuk porsi pendanaan sebesar 30% atau sekitar US$ 270 juta berasal dari dana internal dan sisanya sebesar 70% mengandalkan pinjaman.Menurut Mustafa, kerjasama ini akan menjadikan Pusri sebagai produsen pupuk terbesar di Asia dan mencukupi kebutuhan nasional. "Produksi dari pabrik akan kita utamakan untuk memenuhi permintaan lokal. Tapi ketika ada kesempatan, kita akan mengekspor NPK ke beberapa negara seperti Filipina, Malaysia dan Vietnam," jelas Mustafa.Dari ketiga pabrik tersebut, pabrik yang akan dibangun terlebih dahulu adalah Gresik yang akan dimulai pada akhir pekan ini. Kemudian menyusul pabrik NPK di Bontang pada 2012 dan selesai pada 2014. Pabrik yang terakhir adalah pabrik NPK di Tanjung Api-Api, Sumatera Selatan pada 2013 hingga 2015.JPMC merupakan pabrik asal Yordania yang bergerak dalam bidang usaha produksi dan ekspor batuan fosfat. Bagi JPMC, Kerja sama ini akan memperluas pasar ekspor fosfat bagi mereka. "Kita melakukan join venture dengan Indonesia karena nyaman dan percaya. Indonesia merupakan potensial market dan kita mencari partner yang baik," tandas Walid Kurdi, CEO JPMC.Menambah pasokan nasionalSaat ini, produksi NPK nasional hanya sebesar 2,2 juta ton. Nah, dengan adanya tambahan 3 juta ton tersebut, maka produksi NPK nasional diperkirakan mampu mencapai 5,2 juta ton pada tahun 2015. "Pabrik NPK itu untuk menambah produksi NPK nasional. Ketiga pabrik itu akan menghasilkan 3 juta ton NPK," kata Direktur Utama Pusri, Arifin Tasrif, di Jakarta, Rabu (3/11).Berdasarkan data dari Kementrian Pertanian, hingga 2025 produksi NPK akan meningkat hingga 8 juta ton. Trend kenaikan konsumsi NPK ini karena adanya pergeseran penggunaan pupuk dari anorganik menjadi organik.Selama ini produksi NPK masih sedikit karena terhambat dengan pasokan bahan baku berupa Asam Fosfat dan Asam Sulfat. Dengan menggandeng Jordan, Arifin yakin, tidak akan ada kendala dengan bahan baku. Pasalnya, JPMC bersedia untuk memberikan pasokan asam fosfat dan asam sulfat selama 20 tahun. Masing-masing pabrik akan mendapatkan pasokan asam fosfat sebesar 200.000 metrik ton dan asam sulfat sebesar 800.000 metrik ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News