JAKARTA. PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN) berpeluang memperbesar volume penjualan hard coking coal atau kokas batubara pada tahun ini. Para produsen batubara di Australia, yang menguasai hampir dua pertiga perdagangan kokas batubara global kini mengalami gangguan produksi akibat musibah banjir. Industri pertambangan batubara di negara bagian Queensland, Australia membutuhkan waktu antara dua hingga tiga bulan untuk memulihkan kegiatan operasionalnya setelah musibah banjir awal tahun ini. Dari 57 produsen batubara yang bermarkas di Queensland, sebagian besar telah menyatakan force majeure alias kondisi di luar perkiraan yang memungkinkan produsen tidak memenuhi kontrak pengiriman. Bahkan produsen besar seperti BHP Billiton dan Rio Tinto juga mendeklarasikan force majeure. Dalam hitungan Direktur BORN, Geroad Jusuf, pertambangan batubara di Australia membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk memperbaiki fasilitas produksi batubara. Selama kurun waktu tersebut, Indonesia, sebagai negara produsen batubara, turut diuntungkan. Konsumen batubara di kawasan Asia cenderung memilih Indonesia untuk menambal defisit pasokan kokas batubara dari Negeri Kanguru.
Banjir Australia mendongkrak BORN
JAKARTA. PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN) berpeluang memperbesar volume penjualan hard coking coal atau kokas batubara pada tahun ini. Para produsen batubara di Australia, yang menguasai hampir dua pertiga perdagangan kokas batubara global kini mengalami gangguan produksi akibat musibah banjir. Industri pertambangan batubara di negara bagian Queensland, Australia membutuhkan waktu antara dua hingga tiga bulan untuk memulihkan kegiatan operasionalnya setelah musibah banjir awal tahun ini. Dari 57 produsen batubara yang bermarkas di Queensland, sebagian besar telah menyatakan force majeure alias kondisi di luar perkiraan yang memungkinkan produsen tidak memenuhi kontrak pengiriman. Bahkan produsen besar seperti BHP Billiton dan Rio Tinto juga mendeklarasikan force majeure. Dalam hitungan Direktur BORN, Geroad Jusuf, pertambangan batubara di Australia membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk memperbaiki fasilitas produksi batubara. Selama kurun waktu tersebut, Indonesia, sebagai negara produsen batubara, turut diuntungkan. Konsumen batubara di kawasan Asia cenderung memilih Indonesia untuk menambal defisit pasokan kokas batubara dari Negeri Kanguru.