Banjir impor tekstil, kinerja Asia Pacific Fibers (POLY) jeblok di 2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten tekstil PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) harus menanggung rugi bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar US$ 11,91 juta di tahun lalu padahal di tahun sebelumnya perusahaan masih mencetak untung sebesar US$ 12,83 juta.  

Manajemen POLY mengungkapkan perusahaan menanggung rugi akibat terhimpit impor tekstil. Assistant President Director Corporate Communication Asia Pacific Fibers Prama Yudha Amdan menjelaskan, penurunan kinerja di 2019 terjadi setelah kinerja kuartal IV anjlok.

Baca Juga: Asia Pacific Fiber (POLY) catatkan rugi bersih US$ 11,91 juta di 2019


Terlihat bahwa kontributor terbesar penurunan penjualan domestik karena terpapar produk impor. Berdasarkan laporan keuangan tahunan POLY, penjualan domestik turun 22,5% yoy dari sebelumnya US$ 400,49 juta di 2018 menjadi US$ 310,56 juta. Malahan penjualan ekspor yang melejit hingga 412% yoy menjadi US$ 400,53 juta. 

"Pada periode tersebut, permintaan domestik tidak berkembang dan sebagian manufaktur berhenti beroperasi karena laju impor tekstil tidak tertahankan. Bahkan sudah menyentuh produk akhir garmen seperti pakaian jadi," kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (31/3). 

Prama bilang, pada saat tersebut, Pusat Logistik Berikat (PLB) menjadi pintu masuk produk-produk impor tekstil dan importir berlindung di bawah peraturan Permendag No 77.  Akhirnya, pada kuartal terakhir, asosiasi tekstil juga dua kali dipanggil presiden karena kondisi sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terpuruk.

Meski sudah ada sejumlah perbaikan yang telah diinisiasi pemerintah seperti revisi Permendag 77, Prama menyayangkan revisi tersebut belum rampung hingga saat ini. 

Baca Juga: Meski harga bisa turun, Asia Pacific Fiber (POLY) tak mau gegabah borong bahan baku

Prama mengungkapkan, di kuartal I 2020 ini, kinerja POLY belum memperlihatkan perubahan yang berarti karena stok produk impor di kuartal IV tahun lalu diperkirakan masih beredar di pasaran sampai Februari 2020. Tentu hal ini masih menekan penyerapan tekstil POLY di domestik. 

Kini, POLY menanti itikad baik pemerintah untuk konsisten menjaga kebijakan. "Kami berharap agar pandemi sekarang tidak dijadikan alasan relaksasi impor. Sebab, jika konsumsi terjaga dengan pembatasan impor maka manufaktur domestik tetap bisa beroperasi dan menjaga ekonomi di masa sulit ini," pungkas Prama. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari