Canting cap yang diproduksi masyarakat Desa Landungsari, Pekalongan tidak hanya populer di kalangan pembatik sekitar Pekalongan. Canting ini juga memasok sejumlah sentra-sentra pembuatan batik yang ada di seluruh Indonesia seperti Solo dan Yogyakarta.Kualitas canting cap dari sentra ini sudah terkenal di kalangan pembatik di sejumlah daerah. Itulah sebabnya canting yang diproduksi masyarakat Landungsari atau sering disebut canting cap Landungsari banyak diburu perajin batik. Selain perajin batik cap di Pulau Jawa, banyak juga pembuat canting cap Landungsari yang memiliki langganan dari perajin batik di luar Pulau Jawa. Bahkan, pembeli peralatan batik ini tidak hanya berasal dari perajin batik atau pengusaha batik saja. Menurut Hamzah, salah satu perajin canting cap dari Desa Landungsari, sejumlah turis mancanegara dan anak sekolah juga banyak yang tertarik untuk membeli. Umumnya mereka membeli untuk koleksi pribadi. Namun ada pula yang membeli canting cap untuk belajar membatik. Selain turis dari Australia, juga ada turis Jepang yang meminati canting. Selain karena bentuk dan polanya yang unik, canting cap buatan Hamzah terkenal karena beberapa kali lelaki ini terpilih untuk mempresentasikan kerajinan canting cap oleh pemda. Hamzah mengaku, kios canting cap miliknya ramai dikunjungi perajin batik pada hari Kamis. Karena hari itu rata-rata perajin batik mendapatkan pembayaran upah mereka. Dengan uang tersebut mereka mencari dan membeli motif canting cap baru. Hamzah mengaku, kiosnya tidak pernah sepi, karena banyaknya pelanggan yang mencari canting batik baru walaupun sebenarnya canting bisa bertahan lama, bahkan puluhan tahun. Misalnya saja canting yang berbahan baku tembaga. Selain perajin batik dari Pekalongan sendiri, Hamzah mengaku memiliki banyak pelanggan yang dating dari daerah lain seperti Tuban, Kediri, Bandung, hingga Sulawesi. “Kalau ramai, saya kasih order ke pengrajin lain," katanya. Setiap perajin canting cap biasanya memiliki pelanggan sendiri-sendiri. “Tergantung cocok sama perajin yang mana,” kata Nur Hadi, perajin canting cap Desa Landungsari yang lain. Kualitas sangat penting agar pelanggan tidak pindah. Canting cap yang bermutu tentunya harus sesuai dengan pola yang diinginkan. Serumit apapun polanya, jika perajin handal maka ia bisa membuat canting cap sesuai dengan pola yang dipesan. Selain motif bunga, beberapa motif unik seperti hewan biasanya juga banyak dipesan oleh perajin batik yang menjadi pelanggan Nur Hadi. Pelanggan Hadi berasal dari Pekalongan, Kendal, Semarang, dan Yogyakarta. “Orderan selalu ada, tapi waktu pengerjaannya yang sempit jadi sering saya tolak,” ucapnya.Perajin lainnya, Slamet Azis mengaku Desa Landungsari bukanlah satu-satunya sentra canting cap di Pekalongan. “Ada juga sentra canting cap di Kebulen tapi tidak terlalu ramai,” katanya. Landungsari lebih ramai karena jumlah perajinnya lebih banyak. (Selesai)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Banjir orderan setiap hari Kamis (3)
Canting cap yang diproduksi masyarakat Desa Landungsari, Pekalongan tidak hanya populer di kalangan pembatik sekitar Pekalongan. Canting ini juga memasok sejumlah sentra-sentra pembuatan batik yang ada di seluruh Indonesia seperti Solo dan Yogyakarta.Kualitas canting cap dari sentra ini sudah terkenal di kalangan pembatik di sejumlah daerah. Itulah sebabnya canting yang diproduksi masyarakat Landungsari atau sering disebut canting cap Landungsari banyak diburu perajin batik. Selain perajin batik cap di Pulau Jawa, banyak juga pembuat canting cap Landungsari yang memiliki langganan dari perajin batik di luar Pulau Jawa. Bahkan, pembeli peralatan batik ini tidak hanya berasal dari perajin batik atau pengusaha batik saja. Menurut Hamzah, salah satu perajin canting cap dari Desa Landungsari, sejumlah turis mancanegara dan anak sekolah juga banyak yang tertarik untuk membeli. Umumnya mereka membeli untuk koleksi pribadi. Namun ada pula yang membeli canting cap untuk belajar membatik. Selain turis dari Australia, juga ada turis Jepang yang meminati canting. Selain karena bentuk dan polanya yang unik, canting cap buatan Hamzah terkenal karena beberapa kali lelaki ini terpilih untuk mempresentasikan kerajinan canting cap oleh pemda. Hamzah mengaku, kios canting cap miliknya ramai dikunjungi perajin batik pada hari Kamis. Karena hari itu rata-rata perajin batik mendapatkan pembayaran upah mereka. Dengan uang tersebut mereka mencari dan membeli motif canting cap baru. Hamzah mengaku, kiosnya tidak pernah sepi, karena banyaknya pelanggan yang mencari canting batik baru walaupun sebenarnya canting bisa bertahan lama, bahkan puluhan tahun. Misalnya saja canting yang berbahan baku tembaga. Selain perajin batik dari Pekalongan sendiri, Hamzah mengaku memiliki banyak pelanggan yang dating dari daerah lain seperti Tuban, Kediri, Bandung, hingga Sulawesi. “Kalau ramai, saya kasih order ke pengrajin lain," katanya. Setiap perajin canting cap biasanya memiliki pelanggan sendiri-sendiri. “Tergantung cocok sama perajin yang mana,” kata Nur Hadi, perajin canting cap Desa Landungsari yang lain. Kualitas sangat penting agar pelanggan tidak pindah. Canting cap yang bermutu tentunya harus sesuai dengan pola yang diinginkan. Serumit apapun polanya, jika perajin handal maka ia bisa membuat canting cap sesuai dengan pola yang dipesan. Selain motif bunga, beberapa motif unik seperti hewan biasanya juga banyak dipesan oleh perajin batik yang menjadi pelanggan Nur Hadi. Pelanggan Hadi berasal dari Pekalongan, Kendal, Semarang, dan Yogyakarta. “Orderan selalu ada, tapi waktu pengerjaannya yang sempit jadi sering saya tolak,” ucapnya.Perajin lainnya, Slamet Azis mengaku Desa Landungsari bukanlah satu-satunya sentra canting cap di Pekalongan. “Ada juga sentra canting cap di Kebulen tapi tidak terlalu ramai,” katanya. Landungsari lebih ramai karena jumlah perajinnya lebih banyak. (Selesai)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News