Banjir pasokan masih terjadi, harga minyak mentah dibuka melemah 1%



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah mengawali pekan ini dengan kurang menyenangkan setelah kembali melemah. Koreksi harga terjadi karena banjir pasokan yang datang bersamaan dengan penurunan permintaan global akibat pandemi virus corona.

Senin (11/5) pukul 05.15 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Juli 2020 di ICE Futures turun 29 sen, atau 0,9%, menjadi US$ 30,68 per barel. Sementara harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) juga turun 26 sen, atau 1,1%, ke US$ 24,48 per barel.

Pandemi virus corona memang membuat permintaan minyak global telah anjlok sekitar 30%. Hal ini terjadi karena banyak negara memilih membatasi pergerakan guna menghambat penyebaran virus corona. 

Baca Juga: Soal harga BBM, Kementerian ESDM masih bergeming

"Perusahaan minyak menghadapi banyak tantangan karena penurunan permintaan yang tiba-tiba," kata Haseeb Ahmed, analis minyak dan gas di GlobalData dalam sebuah catatan yang diterima Reuters

"Amerika Utara juga sedang berjuang menghadapi kekurangan kapasitas penyimpanan. Mungkin hanya masalah waktu, sebelum Amerika Serikat (AS) kehabisan ruang penyimpanan," tambah dia.

Namun, tekanan dari kedua faktor tersebut mulai mengendor setelah sejumlah negara melakukan pelonggaran kebijakan penguncian. Hal ini membuat harga minyak rebound dalam dua pekan terakhir. 

Selain itu, produksi minyak di seluruh dunia juga melakukan penurunan produksi guna mengurangi kelebihan pasokan. 

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan pelonggaran pembatasan secara terbatas. Salah satunya adalah memperbolehkan orang lebih sering berolahraga di luar dan mendorong beberapa pihak untuk kembali bekerja.

Baca Juga: Minyak pertahankan penguatan, WTI naik 1,9% dan Brent menanjak 1,4% pada Jumat (8/5)

Selain itu, Spanyol juga mencatat jumlah kematian akibat pandemi virus corona harian terendah pada hari Minggu sejak pertengahan Maret lalu. Bahkan, setangah dari populasi Spanyol bersiap untuk mengurangi kebijakan lockdown yang paling ketat di Eropa, meskipun belum berlaku bagi penduduk kota seperti Madrid dan Barcelona.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari