Banjir pasokan membuat harga minyak kian susut



JAKARTA. Harga minyak terlempar ke level terendah sejak 21 April 2015. Kekhawatiran membanjirnya stok kembali membayangi pasar, sementara permintaan masih loyo. Mengutip Bloomberg pada Jumat (3/7), harga minyak WTI pengiriman Agustus 2015 di perdagangan elektronik bursa New York Merchantile Exchange ambruk 2,66% ke level US$ 55,41 per barel dibandingkan hari sebelumnya.

Harga minyak dikutip berdasar perdagangan elektronik karena Jumat (3/7) bursa dan bank di Amerika Serikat libur dalam rangka hari kemerdekaan pada 4 Juli. Harga minyak ini sudah tergerus 7,07% dalam sepekan.

Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, menilai, membludaknya stok minyak menjadi faktor utama penurunan harga minyak. Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang menggenggam 40% minyak dunia terus memompa produksi, hingga mencapai 32,1 juta barel per hari di bulan Juni. Jumlah ini meningkat 744.000 barel per hari ketimbang bulan sebelumnya.


Sejatinya, pada pertengahan tahun 2015 terjadi kenaikan permintaan. Lirik saja, permintaan bensin AS pada tanggal 26 Juni 2015 yang terangkat menjadi 9,54 juta barel per hari, level tertinggi sejak tahun 2007. “Tapi, stok minyak yang berlimpah menekan harga minyak,” tuturnya.

Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures, memaparkan, kejatuhan tajam harga minyak  menyusul produksi minyak AS yang kembali melambung. Stok minyak AS pekan lalu naik menjadi 2,4 juta barel per hari, padahal sebelumnya turun 4,9 juta barel per hari. “Kenaikan stok ini karena produksi terdongkrak akibat naiknya angka rig pengeboran yang aktif di AS,” ujar Nizar.

Menurut laporan Baker Hughes, Kamis (2/7), jumlah rig aktif naik 12 menjadi 640. Ini merupakan kenaikan pertama dalam 30 minggu terakhir atau sejak Desember 2015.

Keadaan di AS ini menambah beban negatif harga minyak. Apalagi mendekati tenggat waktu pertemuan AS dan lima negara perwakilan dengan Iran terkait kesepakatan nuklir pada Selasa (7/7) mendatang. “Jika Iran kembali mengekspor minyak, maka bisa dipastikan pasar global akan ketumpahan stok minyak,” jelas Nizar.

Secara teknikal Deddy mengatakan, harga minyak bergerak di bawah moving average 50. Relative strength index (RSI) di level 37. MACD tercatat minus 0,19. Sedangkan stochastic berada di area oversold yakni 15.

Deddy memprediksi, Senin (6/7), harga minyak akan bergerak di rentang US$ 55 - US$ 57. Sepekan, harga akan bergulir di kisaran US$ 53,98 – US$ 58 per barel. Sedangkan Nizar memprediksi, harga minyak sepekan mendatang antara US$ 56– US$ 58 per barel.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa