Banjir, pengusaha rugi Rp 500 miliar sehari



JAKARTA. Banjir tak hanya menerjang wilayah pemukiman, tapi juga menenggelamkan kawasan industri yang ada di Jakarta, Bekasi, dan Karawang. Kegiatan produksi di kawasan industri yang terendam air pun lumpuh.

Kawasan Industri Pulogadung, Kawasan Industri Jababeka, dan Kawasan Berikat Nusantara (KBN) adalah sebagian dari kawasan industri yang terkena terjangan banjir pada awal tahun ini.

Alhasil, pengusaha di kawasan industri yang terendam banjir harus menanggung kerugian total hingga Rp 500 miliar sehari. Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) Sanny Iskandar mengklaim, angka itu berdasarkan perhitungan sebanyak 40% kegiatan industri dan perdagangan berada di kawasan industri yang terkena banjir. "Ini kerugian yang cukup besar bagi industri manufaktur di Indonesia," katanya akhir pekan lalu.


Menurut Sanny, kerugian bukan hanya berasal dari produksi yang terhenti, melainkan juga dari kerusakan alat produksi, serta arus distribusi bahan baku dan barang jadi yang terhambat. Termasuk pembatalan transaksi bisnis yang menyulut tuntutan dari pembeli di luar negeri.

Wakil Ketua Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang menambahkan, sekitar 300 perusahaan di Kawasan Industri Pulogadung stop beroperasi. "Kerugian ditaksir  Rp 1,5 miliar sampai Rp 2 miliar per hari," ujar dia.

Begitu juga di KBN Cakung, kegiatan produksi juga terhenti lantaran genangan air mencapai satu meter. Selain operasional stop, sekitar 90 perusahaan manufaktur alat produksinya rusak. Makanya, Sarman memperkirakan, total kerugian di KBN mencapai Rp 17,1 miliar per hari.

Pengusaha yang memiliki pabrik di kawasan industri di Bekasi sedikit beruntung. Misalnya, di MM 2100 Jababeka dan East Jakarta Industrial Park (EJIP). Mereka masih bisa beroperasi, meski tidak berjalan penuh. Penyebabnya: bukan lantaran banjir yang merendam pabrik, tapi banyak karyawan yang tidak masuk kerja akibat rumah mereka kebanjiran. Tapi, Ketua Forum Investor Bekasi (FIB) Deddy Harsono belum bisa menyebutkan angka kerugian karena masih dihitung.

A. Prasetyantoko, ekonom Unika Atma Jaya Jakarta, bilang, kerugian yang pelaku usaha alami sebesar Rp 500 miliar sehari sangat wajar. Soalnya, kebanyakan perusahaan mereka bergerak di sektor manufaktur. "Ketika distribusi bahan baku dan logistik terhambat, maka kerugiannya cukup besar," imbuh dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dadan M. Ramdan