Banjir produksi mengiris harga minyak sawit



JAKARTA. Membaiknya volume produksi minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) tahun ini membuat koreksi harga tak bisa dihindari. Tak heran, jika sepanjang kuartal I-2017, harga CPO anjlok 10,30% menjadi RM 2.646 per metrik ton.

Pelemahan harga CPO bakal terus berlanjut. Kamis (6/4), harga CPO kontrak pengiriman Juni 2017 di Malaysia Derivative Exchange anjlok 0,52% jadi RM 2.700 per metrik ton. Bahkan, pada Selasa (4/4), CPO mencatatkan harga terendah dalam enam bulan terakhir, yakni RM 2.631 per metrik ton.

Analis Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menjelaskan, membaiknya kondisi cuaca di Indonesia dan Malaysia sejak akhir tahun lalu membuat produksi sawit kembali normal. Sekadar mengingatkan, produksi CPO tahun lalu sempat terganggu akibat badai El Nino dan prediksi badai La Nina.


Tahun ini pengaruh cuaca ekstrem memudar. "Jadi produksi CPO di Indonesia dan Malaysia diperkirakan akan mengalami peningkatan dan kembali normal," papar Putu, Kamis (6/4).

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan, produksi CPO Indonesia di 2017 mencapai 35,5 juta ton. Jumlah tersebut terbang 12,69% dibandingkan dengan produksi tahun lalu yang sebanyak 31,5 juta ton. Sementara Oil World memprediksi, produksi CPO Malaysia akan berkisar 20,5 juta ton hingga akhir tahun.

Selain banjir produksi, analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menyebut, penurunan permintaan CPO turut menekan harga. Perusahaan kargo Societe Generale de Surveillance melaporkan, sepanjang 1-25 Maret 2017, ekspor CPO Malaysia yang mereka tangani turun 1,5% jadi 902.628 ton dari periode yang sama di bulan sebelumnya, yakni 916.444 ton.

Mulai membaik

Pada kuartal dua, harga CPO diperkirakan akan membaik karena peningkatan permintaan menjelang bulan puasa dan Lebaran. Deddy bilang, negara di kawasan Timur Tengah dan India biasanya mulai menimbun stok CPO dua bulan sebelum hari raya. "Sampai akhir kuartal dua kemungkinan harga CPO akan bergerak di rentang RM 2.800-RM 2.600 per metrik ton," kata Deddy menganalisis.

Sementara, Putu menyebut, langkah pemerintah Indonesia yang mulai memangkas pajak ekspor CPO menjadi sebesar US$ 3 per ton dapat mengerek permintaan. Putu memperkirakan pada kuartal dua nanti, harga minyak sawit akan kembali menguat dan bergeral di kisaran RM 2.730-RM 2.820 per metrik ton.

Hanya saja peningkatan produksi kedelai masih tetap membayangi pergerakan harga CPO. Dengan stok berlimbah, harga kedelai pun kian murah. Ini membuat pelaku pasar cenderung lebih memilih minyak kedelai ketimbang CPO. Sekadar mengingatkan, minyak kedelai merupakan substitusi CPO.

Karena itu, Putu memprediksi harga CPO belum akan menembus level RM 3.000 per metrik ton di akhir Juni 2017 mendatang. "Kalau sampai akhir tahun masih mungkin mencapai level itu, tapi kalau sampai kuartal II masih cukup berat," tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia