Banjir stok minyak AS membuat harga minyak kembali meredup



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah kembali tumbang. Mengutip Bloomberg, Kamis (30/1) pukul 9.15 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Maret 2020 di NYMEX berada di US$ 53,07 per barel, melemah 0,49% dari penutupan hari sebelumnya di US$ 53,33 per barel

Setali tiga uang, minyak jenis Brent kontrak pengiriman April 2020 di ICE Futures turun ke US$ 58,62 per barel. Posisi ini melemah 0,49% dibanding penutupan Rabu (29/1) di US$ 58,91 per barel.

Pelemahan harga minyak terjadi karena korban jiwa dari virus corona bertambah cukup pesat. Terbaru, sedikitnya 170 orang dinyatakan tewas dengan 7.700 kasus positif terinfeksi virus corona. 


Baca Juga: Januari 2020, emas jadi komoditas yang paling banyak ditransaksikan di BBJ

Bahkan, pada penerbangan kedua terhadap warga negara Jepang yang berada di Wuhan, tempat wabah ini dimulai, terlihat sembilan orang menunjukkan gejala demam atau batuk.

Alhasil semakin banyak maskapai yang membatalkan rute penerbangan ke kota-kota utama di China. Membuat minyak sulit untuk terus menguat.

"Ini menjadi lebih jelas bagi pelaku pasar bahwa virus ini bertahan lebih lama dari yang diharapkan," kata Stephen Innes, Chief Market Strategist AxiCorp seperti dikutip Reuters

Tekanan bagi minyak semakin dalam setelah persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) di pekan lalu ternyata lebih besar dari yang diperkirakan. Energy Information Administration (EIA) melaporkan, stok minyak AS pada pekan yang berakhir pada 24 Januari lalu lebih tinggi tujah kali dari ekspektasi pasar dengan naik 3,5 juta barel.

Baca Juga: Harga CPO berfluktuasi karena terpapar kekhawatiran virus corona

Di mana stok bensin naik ke rekor tertinggi, naik selama 12 minggu berturut-turut menjadi 261,1 juta barel.

Menurut Innes, kenaikan persediaan minyak mentah Negeri Paman Sam ini juga memperlihatkan bahwa "harga minyak ditangani oleh tangan paling kejam dari semuanya"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari