Bank agresif menjaring dana nasabah



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) bertekad mendongrak efisiensi di perbankan tahun depan. Salah satunya, bakal menggiring suku bunga deposito hingga di bawah inflasi. Juga mengharamkan berbagai pemberian hadiah.

Dengan berbagai langkah tersebut, BI berharap biaya dana bank bakal lebih murah. Ujungnya, suku bunga kredit turun. Tapi perbankan yakin, penurunan suku bunga deposito, tidak mengurangi minat masyarakat menyimpan dana di perbankan.

Bahkan, di tengah situasi tak jelas seperti saat ini, nasabah bakal lebih getol menempatkan pundi-pundi mereka di brankas bank. Mereka cenderung menjauhi investasi di emas dan saham, hingga kondisi perekonomian relatif stabil


Meski ketergantungan nasabah menyimpan duit di bank tetap tinggi, bukan berarti bank bisa berleha-leha. Mereka harus bersaing ketat memperebutkan dana tersebut. Selain membuka peluang pasar baru, bank juga meningkatkan kualitas pelayanan dan kemudahan bertransaksi. Bank Rakyat Indonesia (BRI) misalnya, meningkatkan sumber dana pihak ketiga (DPK) dengan lebih banyak ekspansi ke daerah. Bank yang memiliki jangkauan hingga ke pelosok ini, mengincar nasabah ritel yang belum tersentuh bank.

Nasabah potensial ini tersebar mulai dari pasar basah (tradisional) hingga sentra-sentra usaha mikro kecil menengah (UMKM) di kegiatan hulu perekonomian. Dari sisi jumlah dana, masyarakat kecil itu memang tidak banyak menyumbang ke DPK BRI. Tapi, mereka bisa menjadi calon debitur potensial di masa mendatang.

Dengan memiliki rekening, mereka lebih mudah mendapatkan pinjaman. Sementara sumber utama pendanaan, BRI tetap bertumpu pada nasabah institusi, berbentuk deposito dan giro dan nasabah prioritas melalui layanan wealth management. Untuk pengembangan wealth management, BRI akan ekspansi ke Surabaya, Denpasar, Sulawesi hingga Kalimantan.

Sekretaris Perusahaan BRI, Muhammad Ali mengatakan, hingga September lalu, total dana kelolaan BRI Prioritas mencapai Rp 11 triliun. Target akhir tahun ini sebesar Rp 13 triliun.

Lewat ekspansi ini, BRI menargetkan perolehan DPK tumbuh 20%. Data BI menunjukkan, per akhir Oktober lalu, total DPK BRI mencapai Rp 259,093triliun, turun 0,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meski turun, BRI berhasil menggeser Bank Central Asia (BCA) sebagai penghimpun DPK terbesar kedua.

Bank Mandiri masih bercokol di peringkat pertama dengan perolehan DPK Rp 276,65 triliun. Tapi, DPK Bank Mandiri juga menyusut selama setahun terakhir. Pada Oktober 2010, DPK bank terbesar di Indonesia masih senilai Rp 297,135 triliun. Jadi, terdapat penurunan 6,8%.

Nasabah prioritas

Strategi Bank Permata tak jauh berbeda dengan BRI. Untuk membidik nasabah kakap, terutama kalangan korporasi, bank patungan Astra Internasional dan Standard Chartered ini meningkatkan kualitas pelayanan dan kecepatan transaksi. Mereka menargetkan menjadi transaction banking terbesar di Indonesia.

Untuk menggarap nasabah tajir, Permata aktif membangun jaringan ke daerah-daerah yang kaya akan sumber daya alam. Selain membidik transaksi bisnis, bank juga menawarkan produk layanan prima untuk para pengusaha.

Untuk nasabah ritel, Permata menonjolkan sisi kegemaran nasabah, seperti olahraga, fesyen atau tema keluarga. Baru-baru ini Permata menjadi salah satu sponsor kedatangan klub LA Galaxy kee Indonesia. "Dalam merancang produk, kami selalu memperhatikan keunikan masing-masing segmen," kata Lani Darmawan, Executive Vice President Head Permata.

Untuk segmen anak-anak, Minggu (18/12), Permata meluncurkan ATM bertema Donald Duck. Di segmen masyarakat bawah, Permata menerapkan sistem tabungan bagi UKM binaan. Ini modal bagi si nasabah mendapatkan pinjaman ke bank. Di luar kegiatan itu, bank ini tetap menggelar tabungan berhadiah.

Sementara Bank Mutiara baru menjajaki layanan prioritas, yang menjadi sumber pendanaan bank yang dulu bernama Century ini. Mutiara akan menggarap masyarakat menengah dengan rata-rata saldo Rp 10 juta- Rp 70 juta. "Kami juga mengembangkan internet banking. Bank harus memiliki tekhnologi canggih untuk mempermudah seluruh kebutuhan nasabah," kata Benny Purnomo, Direktur Retail Banking Mutiara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can