JAKARTA. Setelah sempat tertunda beberapa kali, akhirnya PT Bank Agris Tbk (AGRS) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 22 Desember 2014. Atas aksi itu, AGRS menargetkan bisa naik kelas ke kelompok bank BUKU II di 2016. Saat itu, AGRS menetapkan harga saham initial public offering (IPO) di Rp 110 per saham. Nilai tersebut di batas tengah dari rentang penawaran Rp 105-Rp 115 per saham. AGRS melepas 900 juta saham biasa atau 21,25% dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor penuh. AGRS memperoleh dana segar sekitar Rp 99 miliar. Rencananya, sebesar 70% dari hasil dana IPO mengalir untuk membiayai ekspansi kredit. Sisanya, untuk menunjang rencana pengembangan jaringan kantor.
Perusahaan ini juga menjual employee stock allocations (ESA) dengan mengalokasikan 550.000 saham atau 0,06% dari jumlah penerbitan saham yang ditawarkan. Sia Leng Ho, Direktur Utama AGRS mengatakan, upaya penguatan permodalan pada tahun ini tak hanya bergantung pada dana hasil IPO. Selain itu, Bank Agris akan menggunakan metode lain untuk memperkuat struktur permodalan. Hal ini dimungkinkan, dengan status AGRS saat ini yang sudah menjadi perusahaan publik. "Yang pasti kami optimistis bisa naik kelas ke BUKU II (kelompok bank dengan modal inti antara Rp 1 triliun-Rp 5 triliun) pada tahun 2016," kata Sia, beberapa waktu lalu. Saat ini, AGRS masih termasuk kelompok bank BUKU I (kelompok bank dengan modal inti antara Rp 100 miliar-Rp 1 triliun). Per September 2014, modal inti AGRS mencapai Rp 338,50 miliar. Jumlah tersebut turun 3,05% dibandingkan bulan September 2013. Sedangkan sepanjang tahun 2014, AGRS menargetkan laba bersih sekitar Rp 10 miliar. Angka tersebut turun 20,76% ketimbang posisi laba tahun 2013 sekitar Rp 12,62 miliar. Tapi, Sia yakin, target tersebut akan tercapai dengan pertumbuhan kredit di tahun ini yang mencapai 44,5% year on year (yoy). "Karena size penyaluran kredit kami masih kecil, jadi bisa tumbuh positif di akhir tahun ini," kata Sia. Kredit agribisnis Untuk meningkatkan penyaluran kredit, AGRS akan menambah pemberian kredit ke sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM). Seperti di sektor pertanian, peternakan, agribisnis serta sektor ritel. Produk tersebut bernama Mikro Agri Solusi (MAS). AGRS juga memiliki kredit khusus peternak ayam. Sebut saja, kredit untuk pembangunan kandang ayam, peralatan dan kredit modal kerja peternak ayam. "Tahun 2015, kami akan masuk ke perikanan dan udang, kami juga akan membidik nelayan," ungkap Sia. Saat ini, AGRS mengkaji masuk bisnis peternakan bandeng di Semarang. Emiten anyar ke-23 di tahun 2014 tersebut menargetkan, portofolio kredit di MAS bisa mencapai 20%-30% dari total pemberian pinjaman AGRS dalam waktu lima tahun mendatang. Saat ini, porsinya masih sebesar 10%. Nah untuk mencapai target, AGRS akan mendirikan delapan kantor cabang baru. Sekitar enam-tujuh merupakan kantor kecil di bisnis mikro. Pembukaan kantor di Purwodadi, Kudus, Tasikmalaya, dan Bandung. Biaya pendirian kantor cabang mikro sekitar Rp 300 juta.
Hingga kini, AGRS telah memiliki 19 jaringan kantor, terdiri dari satu cabang utama, sembilan kantor cabang, dua kantor cabang pembantu dan tujuh kantor kas. Jaringan kantor itu tersebar di Jakarta, Bandung, Solo, Semarang, Surabaya, Medan, Palembang, Bandar Lampung, Pontianak, dan Pekanbaru. Hingga kini, AGRS telah meluncurkan berbagai macam produk untuk menampung dana masyarakat. Manajemen AGRS mengakui, mayoritas dana pihak ketiga (DPK) itu dalam bentuk deposito. Maklum, deposito memberikan hasil bunga yang lebih harum. Hingga Juni 2014, DPK dari deposito sekitar Rp 2,23 triliun, giro Rp 203,30 miliar dan tabungan mencapai Rp 161,17 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan