Bank akan menjajakan kredit lewat fasilitas online



JAKARTA. Kecanggihan mengubah banyak hal, termasuk cara kerja bisnis perbankan. Kini, nasabah tak perlu repot-repot menyambangi kantor cabang bank untuk menggaet pinjaman alias kredit. Coba dengar rencana bisnis Bank Permata.

Anton Hermawan Senior Vice President Head, E-Channel Permata Bank, mengatakan pihaknya tengah mengembangkan sistem yang mampu menyodorkan kredit tanpa agunan (KTA) kepada nasabah lewat e-channel.

Tahap awal, proses instan KTA disodorkan lewat jaringan ATM. Dus, nasabah Permata bisa memproses KTA lewat ATM dalam hitungan detik alias tinggal memencet tombol. "Secara sistem memungkinkan. Tinggal menunggu izin regulator. Mungkin akhir tahun ini," ujar Anton kepada KONTAN.


Nantinya, proses kredit instan akan dikembangkan lewat kanal internet banking dan mobile banking.Layanan KTA instan hanya bisa dilakukan kepada nasabah eksisting, lantaran bank telah mengetahui profil nasabah atau prinsip know your customer (KYC) yang diwajibkan oleh otoritas perbankan.Ambisi Permata, e-channel berfungsi sebagai toko atau point of sales yang bakal menjual berbagai produk, mulai kredit hingga simpanan.

Andreas Kurniawan, Consumer Strategy & Marketing Division Head OCBC NISP, mengatakan per 1 April kemarin telah menjual produk simpanan via online. Singkat kata, nasabah OCBC NISP bisa membuka rekening deposito serta jual-beli reksadana.

Setelah menjual deposito, OCBC NISP bersiap menjual kredit secara online. "Aplikasi kredit secara online sedang dikembangkan. Proses kredit agak sulit karena harus verifikasi. Tapi, sekarang ada realtime Bank Indonesia (BI) checking,” tutur Andreas.

Sementara, bank-bank lain lebih konservatif dalam memanfaatkan e-channel untuk mendongkrak kredit. Jahja Setiatmadja, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), mengatakan saat ini BCA hanya mempromosikan produk secara pasif, seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB), melalui kanal e-channel. 

Sementara Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga berhati-hati. "Kami konservatif, karena kredit memerlukan analisa mendalam," terang Budi Satria, Sekretaris Perusahaan BRI, Jumat (23/5). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina