Bank andalkan pembiayaan sawit



JAKARTA. Menurunnya harga komoditas di pasar internasional akibat krisis global tidak serta merta menyebabkan perbankan menjauhi sektor ini. Perbankan masih gencar menyalurkan kredit pada perkebunan kelapa sawit, karena dianggap memiliki risiko yang masih relatif terkendali.

Kelapa sawit merupakan komoditas jenis non-migas yang termasuk kredit pertanian dan perburuan. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) per Mei 2013, kredit pertanian tumbuh 22% mencapai Rp 151 triliun dengan jumlah kredit bermasalah  Rp 2,94 triliun. Sedangkan, komoditas pada kredit pertambangan dan penggalian tumbuh 18% menjadi Rp 131 triliun, dengan rasio kredit bermasalah Rp 1,09 triliun.

Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Achmad Baequni menyampaikan perseroan paling besar menyalurkan kredit komoditas ke kelapa sawit. Alasannya, sektor ini masih potensial. "Kredit sektor kelapa sawit sudah ada komitmen, sehingga debitur tinggal menarik kredit mereka," katanya, Senin (12/8).


Baequni menambahkan, di sektor komoditas yang paling kecil dibiayai adalah batubara, karena risiko nya tinggi. Bank pelat merah ini mencatat, pembiayaan agribisnis mencapai 39% dari total kredit korporasi. Sedangkan porsi minyak, batubara dan gas hanya 8,05%. "Semester II tahun 2013 ini kami belum bisa memprediksi pertumbuhan kredit korporasi," tambahnya.

Direktur Whosale Banking Permata Roy A. Arfandy, mengatakan pihaknya akan selektif membiayai sektor komoditas karena harganya belum naik. Kecuali kelapa sawit yang  masih cukup baik. Pada semester kedua ini, Permata tetap mempertimbangkan kredit kelapa sawit tapi tetap selektif.

Caranya adalah membiayai debitur-debitur lama di bidang kelapa sawit, mempunyai pasar yang bagus dan berorientasi ke pasar ekspor. "Debitur yang memiliki kelayakan menerima pinjaman akan kami bantu berikan kredit untuk kelanjutan usaha mereka," kata Roy. Per Juni, Permata memberikan kredit agribisnis sebesar Rp 5,34 triliun atau setara 5% dari total kredit Rp 106,9 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Roy Franedya