JAKARTA Bank Andara terus memperluas jaringannya. Tahun ini, Bank Andara akan memperlebar perannya sebagai induk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di empat provinsi, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta dan DKI Jakarta. Direktur Operasional dan Teknologi Informasi Bank Andara, Irianto Kusumadjaja mengaku, akan menandatangani nota kesepahaman dengan Dewan Pimpinan Pusat Persatuan BPR (DPP Perbarindo) wilayah Jatim, Jateng, dan Jogjakarta. "Kami akan meneken MoU dengan DPP Perbarindo DKI Jakarta pada Senin (3/5) mendatang," katanya. Meski begitu, Bank Andara sendiri enggan menyebut dirinya sebagai bank apex. "Kami menyebutnya sebagai ABB yaitu Andara Bersama BPR," kata Irianto. Fungsinya sedikit berbeda dengan bank apex. Bank Andara tidak memiliki fungsi menalangi dana nasabah ketika BPR tersebut kolaps, seperti yang dilakukan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Namun, Bank Andara menyediakan fasilitas pooling fund untuk BPR yang menjadi anggotanya, seperti bank apex pada umumnya. Dana dalam pooling fund ini bisa digunakan oleh BPR yang mengalam kesulitan likuditas jangka pendek. Dana yang masuk dalam pooling fund ini, lanjut Irianto, tidak memberatkan sistem Bank Andara. "Dana setoran BPR bisa diputar menjadi kredit atas persetujuan BPR, nanti ada bagi hasil keuntungannya," kata Irianto. Bank Andara juga akan menyiapkan teknologi informasi (TI) agar semua anggota BPR yang menjadi anggotanya terkoneksi secara online. Dana pooling fund pun akan ditempatkan sebagai tabungan bersama yang terkoneksi online. Rencananya, sistem ini sudah bisa digunakan Juli mendatang. Bank Andara juga akan memberi bantuan TI semacam electronic data capture (EDC) untuk BPR guna mendulang fee based income dari nasabahnya. Alat tersebut bisa digunakan untuk membayar tagihan rutin seperti listrik dan telepon. "Nanti, dari fee based income yang didapatkan, akan dilakukan bagi hasil dengan Bank Andara," kata Irianto. Nilai investasi yang disiapkan Bank Andara untuk teknologi ini antara US$ 1 juta - US$ 1,5 juta. Masuknya pemegang saham baru asal Jerman ke Bank Andara yaitu kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW), diakui Irianto hanya untuk memperkuat modal Bank Andara yang saat ini masih berada di kisaran Rp 97 miliar. Untuk masuk menjadi pemegang saham Bank Andara, KfW sudah menyiapkan dana sebesar € 3 juta. Selain Bank Andara, Bank Pembangunan Daerah Riau (BPD riau) juga sudah mengajukan diri menjadi bank apex di daerah Riau. Sebelumnya, Bank Nagari telah menjadi bank apex di daerah Sumatera Barat.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bank Andara Ekspansi Sebagai Bank Apex
JAKARTA Bank Andara terus memperluas jaringannya. Tahun ini, Bank Andara akan memperlebar perannya sebagai induk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di empat provinsi, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta dan DKI Jakarta. Direktur Operasional dan Teknologi Informasi Bank Andara, Irianto Kusumadjaja mengaku, akan menandatangani nota kesepahaman dengan Dewan Pimpinan Pusat Persatuan BPR (DPP Perbarindo) wilayah Jatim, Jateng, dan Jogjakarta. "Kami akan meneken MoU dengan DPP Perbarindo DKI Jakarta pada Senin (3/5) mendatang," katanya. Meski begitu, Bank Andara sendiri enggan menyebut dirinya sebagai bank apex. "Kami menyebutnya sebagai ABB yaitu Andara Bersama BPR," kata Irianto. Fungsinya sedikit berbeda dengan bank apex. Bank Andara tidak memiliki fungsi menalangi dana nasabah ketika BPR tersebut kolaps, seperti yang dilakukan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Namun, Bank Andara menyediakan fasilitas pooling fund untuk BPR yang menjadi anggotanya, seperti bank apex pada umumnya. Dana dalam pooling fund ini bisa digunakan oleh BPR yang mengalam kesulitan likuditas jangka pendek. Dana yang masuk dalam pooling fund ini, lanjut Irianto, tidak memberatkan sistem Bank Andara. "Dana setoran BPR bisa diputar menjadi kredit atas persetujuan BPR, nanti ada bagi hasil keuntungannya," kata Irianto. Bank Andara juga akan menyiapkan teknologi informasi (TI) agar semua anggota BPR yang menjadi anggotanya terkoneksi secara online. Dana pooling fund pun akan ditempatkan sebagai tabungan bersama yang terkoneksi online. Rencananya, sistem ini sudah bisa digunakan Juli mendatang. Bank Andara juga akan memberi bantuan TI semacam electronic data capture (EDC) untuk BPR guna mendulang fee based income dari nasabahnya. Alat tersebut bisa digunakan untuk membayar tagihan rutin seperti listrik dan telepon. "Nanti, dari fee based income yang didapatkan, akan dilakukan bagi hasil dengan Bank Andara," kata Irianto. Nilai investasi yang disiapkan Bank Andara untuk teknologi ini antara US$ 1 juta - US$ 1,5 juta. Masuknya pemegang saham baru asal Jerman ke Bank Andara yaitu kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW), diakui Irianto hanya untuk memperkuat modal Bank Andara yang saat ini masih berada di kisaran Rp 97 miliar. Untuk masuk menjadi pemegang saham Bank Andara, KfW sudah menyiapkan dana sebesar € 3 juta. Selain Bank Andara, Bank Pembangunan Daerah Riau (BPD riau) juga sudah mengajukan diri menjadi bank apex di daerah Riau. Sebelumnya, Bank Nagari telah menjadi bank apex di daerah Sumatera Barat.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News