Bank antisipasi pelemahan kurs rupiah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi sorotan perbankan. Pasalnya, pelemahan rupiah akan berdampak pada risiko kredit bermasalah di pinjaman valuta asing (valas).

Data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan, kurs rupiah terhadap dolar berada di level Rp 13.900,00 per 24 April 2018, atau melemah dibandingkan posisi Rp 13.894,00 di 23 April 2018.

Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo menyampaikan, secara umum fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar berpengaruh pada perbankan. Untuk itu, BNI memiliki kebijakan dalam menghadapi risiko kurs. "BNI punya kebijakan menjaga komposisi aset valas maksimal pada limit tertentu dari total aset," katanya, Selasa (24/4).


Untuk menjalankan kebijakan tersebut, BNI mempunyai unit risk management. Divisi ini mempunyai peran menjaga net open position masih dalam batasan yang ditentukan.

Terkait risiko kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) kredit valas, Anggoro mengaku, rasio NPL kredit ini masih bisa terjaga. Ini karena komposisi pinjaman valas BNI maksimal 15%–17% dari total kredit.

Kredit valas yang disalurkan BNI spesifik untuk pembiayaan proyek yang memiliki cashflow dalam valas. Sebagai informasi, bank berplat merah ini mencatat NPL kredit valas relatif rendah di level 0,2% dari total kredit BNI.

Sekretaris Perusahaan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jan Hendra mengatakan, risiko pelemahan kurs rupiah ini tergantung struktur kredit valas masing-masing bank. Misalnya, selama debitur memiliki pendapatan dalam valas maka akan tetap memiliki kemampuan bayar yang baik.

BCA tak terlalu besar menggelontorkan pinjaman valas. Posisi kredit valas BCA hanya sekitar 6% dari total kredit. "Debitur yang mempunyai eksposur di valas ini juga memiliki pendapatan dalam valas," terangnya.

Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan, pelemahan rupiah ini disebabkan dua faktor. Pertama, banyaknya pembayaran dividen pada Maret–April 2018. Kedua, keluarnya dana asing dari bursa saham.

Untuk mengatasi risiko, kata Kartika, pihaknya meminta debitur terutama terkait valas melakukan hedging.

Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman menuturkan, dampak pelemahan rupiah ke perbankan bergantung pada posisi devisa neto. Saat ini, posisi devisa neto masih rendah dibandingkan batas maksimum sebesar 20% dari modal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati