Bank Artos sebut pertumbuhan kredit baru masih lambat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kinerja kredit bank kecil dan menengah masih negatif di Maret 2018 dan belum menunjukkan perbaikan. Bank-bank ini berada di BUKU I dan II, yang bermodal inti di bawah Rp 5 triliun.

Tercatat, bank BUKU I yang modalnya di bawah Rp 1 triliun, kreditnya turun 0,32% dibanding Maret tahun 2017 (year on year) menjadi Rp 44,33 triliun.

Sedangkan bank BUKU II yang modalnya Rp 1 triliun sampai kurang dari Rp 5 triliun, kreditnya merosot sampai 12,79% menjadi Rp 495,51 triliun.


Pun, dana simpanan nasabah atau dana pihak ketiga (DPK) ikut merosot. Bank BUKU I turun 4,88% menjadi Rp 55,35 triliun. Dan, Bank BUKU II turun 12,92% menjadi Rp 561,64 triliun.

Setali tiga uang, PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) kinerjanya belum moncer. Bank Artos termasuk ke dalam kelompok bank BUKU I dengan modal inti sebesar Rp 127,74 miliar.

Tercatat, hingga April 2018, kredit bank ini menurun 4,24% year on year menjadi Rp 471,88 miliar dari setahun sebelumnya sebesar Rp 492,78 miliar. Pun DPK ikut menurun 7,47% menjadi Rp 480,63 miliar dari tahun lalu sebesar Rp 519,44 miliar.

Deddy Triyana, Coporate Secretary Bank Artos menjelaskan, penurunan kredit lebih disebabkan pertumbuhan kredit baru lebih lambat dibandingkan penurunan kredit perbankan yang bersifat angsuran.

“Jadi sebetulnya ada pertumbuhan kredit baru, tapi belum maksimal,” ujar Deddy saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (28/5).

Menurut Deddy, penyebabnya tentu karena perbankan lebih berhati-hati dan selektif dalam penyaluran kredit sambil melihat perkembangan perekonomian nasional dan global di tahun 2018.

Sedangkan penurunan DPK lebih disebabkan karena perbankan menghindari tingginya uang diam atau idle money karena penyaluran kredit yang belum maksimal. Dan, membuat pertumbuhan dana diselaraskan dengan kebutuhan kredit.

“Untuk kuartal-II kita optimis akan lebih baik. Sampai akhir tahun kita targetkan untuk tumbuh sekitar 17% dari tahun lalu,” ujar Deddy.

Untuk pertumbuhan DPK pihaknya menargetkan tidak terlalu tinggi, yakni hanya sekitar 5%. Itu dikarenakan pencapaian tahun lalu cukup tinggi, sehingga likuiditas masih cukup. Fokus kedepan pun masih akan menggarap segmen UMKM karena segmen ini dirasa yang akan mendorong kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia